Quantcast
Channel: entrepreneur KREATIF
Viewing all 390 articles
Browse latest View live

Siapa Takut Nirwan Dewanto?

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com-Dalam tulisan berjudul Surat Kertas Hijau Lumutkarya Nirwan Dewanto (mantan pengasuh rubrik sastra di Koran Tempo ini), Nirwan menulis di note Facebook-nya dan ditujukan bagi seseorang yang sering membaca tulisan-mirip-prosa yang sering ia publish di sana. Biodata lengkap ND bisa dilihat di sini. Dulu, sekitar tahun 2011-2012, saya begitu tergila-gila membaca tulisan-tulisan ND. Berikut cuplikan lengkapnya yang saya sadur dari blog resmi ND (Nirwan Dewanto)



Semoga Tuan dalam keadaan sehat sejahtera. Sekarang ini saya hendak menyampaikan pengharapan saya. Semoga Tuan tak terkejut. Janganlah Tuan menganggap setiap note saya di Facebook ini sebagai puisi, dong. Tuan gimana sih? Masak setiap hal di dunia ini harus jadi puisi? Dan puisi itu kan nggak harus meliputi seluruh dunia. Biarpun Tuan mengamati saya setiap menit di dunia maya, janganlah menganggap saya jadi penyair 24 jam sehari & 365 hari setahun.

Jadi Tuan janganlah mengangkat tulisan saya tinggi-tinggi. Biasa-biasa saja deh. Sekarang saya tulis, misalnya, “Di panci hitam itu terdapat irisan jahe sejak tadi malam, semua mengeriput karena udara kering-dingin. Di sampingnya tegak sebuah cerek merah muda dengan polka dots. Di atas keduanya tergantung sebuah sarung tangan gemuk yang agak hangus, dan sebuah lingkar tapis untuk menahan percikan minyak panas dari wajan...”

Percayalah, kalimat-kalimat dalam tanda kutip itu deskripsi belaka tentang apa-apa yang ada di atas kompor listrik di apartemen kami di Harvey Street pada suatu hari bulan Desember ini. Sama sekali bukan puisi. Jadi, apa yang Tuan baca dalam banyak notes saya benar-benar beberitaan, nukilan catatan harian, ulasan ringan, atawa sesuatu yang non-sastralah. Tidak perlu Tuan mencari-cari apa ada subjek lirik di situ. Atau apa ada kandungan intertekstualitas di situ. Si dia atau si aku adalah orang yang juga menulis surat ini.


Kalaupun Tuan menganggap notes di Facebook saya bersifat literer, saya mah seneng-seneng ajah. Sedikit tersanjung barangkali—tapi segera lupa setelah itu; maklumlah banyak yang perlu diurus dalam hidup sehari-hari, terutama di musim winter begini. Saya cuma khawatir kalau pendapat Tuan merusak studi sastra yang beneran, dan menyinggung perasaan para pengamat sastra sungguhan—bukan juru peta gadungan atau tukang sulap pinggir jalan—yang sudah berkeringat memikirkan sastra sepanjang waktu mereka.



Konon orang terjun ke Facebook ini supaya bisa gaul. Sungguhan deh. Jadi kaum Facebooker ini bisa dibilang Gaulis (bener lho, pake G besar, karena begitu dalem bobotnya), yang artinya tentu saja orang gaul sejati, bukan pengikut Charles de Gaulle. Dan karena itu saya beruntung jadi Gaulis juga (oh, barangkali setengah-Gaulis saja): bisa tahu banyak apa yang terjadi di luar dunia cetakan. (Terima kasih kepada Mas Djokodam, yang sudah lebih dulu memakai istilah “gaulis” ini.)

Saya umumkan sebagian tulisan saya, notes saya di Facebook, (juga, pada saat bersamaan, di blog saya), terutama untuk kebutuhan praktis saja. Ada sejumlah teman dekat yang ingin membaca “tulisan-tulisan saya yang lain,” di luar apa yang sudah terbit atawa diketahui selama ini. Ada beberapa wartawan & penyigi yang ingin tahu “aspek diri saya yang lain” (maaf, saya cenderung menolak wawancara lisan, yang sering mengecewakan; di samping bahwa saya ini pemalu bukan kepalang). Dan, tentu saja, untuk menjalin “tali silaturahmi”: sila baca jika anda ingin, sila buang jika anda meradang.

Komentar kecil untuk segala notes itu saya terima dengan senang hati. Terutama yang berbau ejekan. Maklumlah saya ini gemar mengejek diri sendiri. Ada juga yang berbau pertanyaan serius, dan belum kunjung mampu atawa sempat saya jawab.

Ada juga—barangkali—cibir atau kritik, tapi tak kunjung saya mengerti, karena ditulis dalam bahasa “canggih.” (Yah, mungkin saja itu diniatkan bergaya aforisme Walter Benjamin, siapa tahu?)

Maka saya senang juga jika di dinding Facebook saya ada kiriman karya berupa sajak, igauan, artikel dan apa saja. Saya pasti membaca semua, karena memang begitulah “tugas” saya. Percayalah, saya ini pengintip yang akut. (Selaku editor lembar sastra sebuah koran edisi Minggu di Jakarta, saya membaca segunung naskah setiap minggu—sudah hampir tujuh tahun ini.)

Ada yang sering mengirim ke wall saya sajak-sajak parodi yang textbookish (artinya penulisnya menunjukkan diri paham sajak-sajak modern dunia). Lucu juga sih. Nakalnya nggak seberapa. Cuma nakal-nakalan saja. Nggak lebih urakan & edan dibandingkan dengan Puisi Mbeling di majalah Aktuil di awal 1970-an (waktu itu mah umur Remy Sylado & kawan-kawan baru 20-an tahun belaka; tapi mereka ini dahsyat betul sebagai pemberontak sastra; nggak pernah lupa daku pada sajak-sajak Mbeling itu sampai kini).

Ada sejumlah penyair yang suka (atau bahkan selalu?) mengirimkan notes-nya berupa sajak, ya “sajak serius” atau “sajak beneran.” Nah, kepada mereka inilah mungkin sangkaan Tuan bisa berlaku. Barangkali seluruh isi dunia hendak mereka jadikan sajak. Selama 24 jam sehari agaknya mereka berpikir-pikir tentang puisi, puisi, puisi. Cuma, kalau saya boleh berharap kepada mereka: bolehkan saya dikirimi tulisan anda yang lain, yang bukan sajak? Sebab puisi itu kerap menjadi topeng belaka bagi ketidakmampuan menulis. Penyair itu harus mikir lho, jadi jangan gampang terharu nulis sajak terus. Maaf, maaf, maaf.

Jadi, Tuan janganlah melebih-lebihkan tulisan saya atau diri saya. Tuan sudah tahu kan kalau saya ini diberi julukan macam-macam? Anehlah, bahwa saya yang suka meremehkan diri-sendiri ini menjadi begitu penting di mata mereka.

Misalnya saja, saya ini dianggap kritikus sastra. Bahkan nama saya sampai jadi judul sebuah esai (“Siapa Takut Nirwan Dewanto?” atau “Siapa Takut, Nirwan Dewanto?”), yang disajikan di Konggres Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia 2004 dan kemudian dimuat di Kompas. Periksa saja di Google, berapa banyak tulisan yang menganggap saya ini kritikus. (Baiklah, saya akan jelaskan di kemudian hari kenapa saya tidak menyebut diri saya kritikus sastra, paling tidak sampai sekarang ini.)

Begitulah, ketika saya menerbitkan sebuah kitab puisi pada bulan April lalu, sejumlah pengamat (apakah mereka ini juru peta gadungan atau tukang sulap pinggir jalan, saya tidak tahu) hanya pura-pura berusaha keras meneropong buku saya. Tapi sebenarnya, mereka hanya mencari kait-mengait antara puisi saya dan apa yang pernah keluar dari mulut saya, riwayat saya, keringat saya, “politik” saya, pekerjaan saya, kaos kaki saya, kuburan saya, mesin stensil saya, rambut saya, anak kambing saya...

Jadi begitu panjang bayangan saya ini, sehingga mereka tidak mampu membaca kitab saya yang polos itu. Jadi, Tuan, kritik sastra itu memang tidak ada di kampung halaman kita. Semua dihantui takhayul, dendam kesumat dan kelisanan apa saja. Itulah sebabnya saya anjurkan kaum penyair—juga kaum pengamat yang tidak mau jadi juru peta gadungan dan tukang sulap pinggir jalan—belajar membaca lagi, menulis lagi.

Suatu hari, seorang “pengritik” cabutan itu melamar jadi teman Facebook saya, sambil mengirim pesan pendek, “Maaf, saya pernah membicarakan buku anda, meskipun cenderung negatif.” Saya segera menerima (meng-add gitu loh!) dia seraya menjawab, “Ndak masalah, Bung. Setiap tulisan selalu membuktikan mutunya sendiri sebelum dia membuktikan kelemahan tulisan/buku lain.” Jadi saya tak pernah mengambil kritik atau “kritik” sebagai menyinggung perasaan saya. Kalau “kritik” sastra dia buruk mutunya, itu adalah masalah dia sendiri, membuktikan kualitas dia sendiri.

Jadi, begitulah, Tuan. Saya mengharap Tuan menulis kritik sastra. Termasuk janganlah menganggap notes saya di Facebook ini sebagai puisi. Jangan lakukan name-dropping lagi—mengutip sejumlah nama, istilah, dan pendapat yang ndak perlu. Seperti sudah sering saya tulis, para “pengamat” kita sering hanya “menghapal teori”. Tuan bahkan sering gaya-gayaan belaka ber-Derrida dan ber-Benjamin. (Ini mah seharusnya kerjaan anak remaja yang baru masuk kuliah.) Di mana pendapat Tuan kalau kalimat-kalimat Tuan belum bisa berdiri tegak dan serangan tuan cuma argumen-argumenan? Bicarakan karya sastra; masuklah ke dalam karya sastra. Jangan nulis sesuatu yang “serba-besar” yang nggak jelas juntrungnya. Jangan meliuk-liuk, kalau Tuan belum bisa nulis kalimat yang biasa-biasa saja.

(Baru-baru ini masuk ke wall saya sebuah tulisan “filsafat.” Name-dropping lagi. Tapi lihat, nama filsuf Jerman dan judul buku/nama tokoh fiksi Spanyol yang disebut-sebut di sekujur tulisan itu keliru-tulis semua!)

Oh ya, Tuan. Jika Tuan hendak mengirim pesan (yang agak) pribadi, tolong jangan tulis ke wall Facebook saya. Tolong masukkan ke (in-)box saya saja.

Jadi saya benar-benar menanti tulisan kritik sastra Tuan. Di Facebook, di blog, di koran, di mana saja deh. Yang sungguh-sungguh membicarakan karya sastra. Biarpun pendek, saya akan girang. Kritik sastra. WHICH IS sangat amat perlu skaleeee (sok-sokan ber-heteroglossia neeeh!). Dan please jangan memaki-maki juru peta gadungan dan tukang sulap pinggir jalan kalau Tuan tanpa sadar termasuk golongan itu.

Salam hangat. —ND 

Djalan

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com-Djalan adalah salah satu tulisan-mirip-prosa karya Nirwan Dewanto yang (sengaja) sepenuhnya ditulis menggunakan ejaan lama. Berikut saya cuplikan tulisan keren yang sangat djadoel ini. Selamat membaca.




Ia ingat. Atau, djika ia tidak mengingat-ingat, gambar itu selalu kembali kepadanja. Sekian gambar dari masa ketjilnja. Atau, satu gambar selalu memanggil gambar-gambar jang lain, sampai tertjiptalah sebuah mosaik pandjang. Ia hanja akan memilih salah satu gambar, dan menerdjemahkan ke dalam bahasanja sekarang. Sebuah anakronisme: bagaimana mungkin jang sudah lampau itu ditubuhkan lagi dengan bahasa paling kini? Tapi ia berusaha. Supaja ia tahu ia tak pernah kehilangan. Atau, djika ia merasa terus-menerus pergi, ia selalu membawa kampungnja dalam tasnja, seperti jang ditulis oleh seorang tukang sjair Palestina. (Sebenarnja lebih tepat dikatakan djika ia dapat berumah di mana-mana, meski ia masih djuga bertanah air. Tanah tumpah darah, kata orang dari djaman dahulu.)

Sekarang ia ingat djalan itu. Atau, ia tengah melihat sebuah gambar djalan. Djalan di depan rumahnja, di mana bis malam (dan nama bis jang terkenal dengan klakson mautnja itu adalah SAA, atau Saja Antar Anda) dan prahoto menderu kentjang sehingga rumahnja (dan tentu djuga rumah tetangganja) berguntjang-guntjang seperti terkena gempa ketjil; suatu siang, ia hampir tertabrak truk karena ia tergesa-gesa menjeberang (dan para tetangga menjalahkannja sebagai anak paling sembrono). Di situ lewat djuga pedati jang mengangkut tebu dan sisa batang padi; ia dan teman-temannja biasa menguntit si pedati sambil menarik-tjuri muatannja: jang satu untuk dihisap-mamah sampai tinggal sepah, jang lain untuk dibikin serunai-serunaian. Ia masih di SD, dan djalan itu seperti pusat dunianja. Pada malam lebaran, djalan itu penuh dengan sisa kertas petasan, jang diledakkan dan diluntjurkan oleh jang sudah tua maupun jang masih muda, jang masih waras maupun jang hampir hilang harapan.

Djalan itu, jang kurang lebih membudjur utara-selatan, hanja sedikit lapang untuk dua delman berpapasan. Djadi engkau bisa membajangkan berapa lebarnja. Djalan itu seperti membimbing pandangnja ke arah selatan pada kantor pos dan telekom, jang lampu merahnja berpendar-pendar di waktu malam. Ke udjung jang lain, ia selalu membajangkan djalan itu menjambung dengan djedjalan lain menudju Ketapang, pelabuhan tempat menjeberang ke Gilimanuk; atau ke arah mana sawah warisan neneknja membentang. Sekali sebulan-dua, sebuah truk dari Tjurahdjati, sebuah desa di wilajah Pegunungan Selatan, jang membawa batu gamping bakaran untuk toko keluarganja, mengotori sepenggal djalan itu dengan tjetjeran debu kapur putih jang sengak pada tjuping hidung.

Ia ingat, hampir semua rumah di pinggir djalan itu tanpa halaman. Terlalu dekat djarak antara tepi djalan dengan muka rumah, kira-kira hanja satu setengah meter. Sampai ia kelas dua SD, rumahnja sendiri tampaknja terlalu dekat ke djalan; ia ingat, muka rumahnja harus mundur dua kali sampai ia mengindjak SMP ketika djalan itu mesti dilebarkan. Pernah ada sepetak tanah (ja, tak pantaslah dibilang halaman) di muka ambalan rumahnja di mana ibunja menanam pepokok bugenvil dan nusaindah. Karnaval 17 Agustusan melewati rumahnja hanja sampai ia di kelas lima SD; sesudahnja, tidak lagi. Sebab djalan-djalan lain tentu lebih penting untuk merajakan Hari Kemerdekaan. Djalan itu tampaknja hanja berarti bagi penduduk dua kampung jang dipisahkannja, Kampung Temenggungan dan Kampung Melaju.

Rumah paling megah di djalan itu berada persis di depan rumahnja. Rumah dua lantai dengan ubin litjin mengilat milik keluarga Oei Tjwie Kie. Ia tidak tahu kenapa sang puan rumah begitu akrab kepada ibunja; mereka saling memanggil mevrouw. Ia dan ibunja kerap diundang ke situ untuk bersantap malam (dan ia berkawan pula dengan si bungsu keluarga itu, jang enam tahun lebih tua daripadanja). Dan ia paling suka djika ia, setelah menjantap bakmi bikinan Mevrouw Tjwie Kie, diberi es lilin (keluarga itu membuat kue dan es lilin, di samping membuka toko tjat dan bangunan). Di rumah itulah ia pertama kali melihat salib. Dan bukan itu belaka. Ia mulai mengerti bahwa ada nabi pendiri agama jang mati dengan tubuh hampir telandjang dan berlumur darah; nabi jang boleh digambarkan dengan terang-benderang (sajang, katanja waktu itu, dia berkulit putih dan berambut gondrong tjoklat), djauh berbeda dengan nabi dari agamanja sendiri dari Arabia jang terlarang dilukiskan.

Di djalan itu, ia menjaksikan bahwa orang bisa mendjadi gila tiba-tiba. Sedjarak dua rumah dari keluarga Tjwie Kie, tinggallah keluarga Tjina jang lain, keluarga Hong, jang miskin, di sebuah rumah papan kontrakan; si anak sulung bekerdja sebagai sopir sewaan. Suatu hari truk Dodge jang dibawanja terbakar di depan rumah; gagal memadamkan api, ia tiba-tiba masuk ke dalam mesin jang penuh kobaran api, tapi segera kaum tetangga menjelamatkannja. Suatu hari jang lain, seorang ajah Madura (pendjual kuas merang untuk mengapur dinding rumah) persis di samping rumahnya, tak sanggup menanggung kematian puri sulungnja jang baru berusia lima tahun oleh demam tinggi, tiba-tiba menghunus pisau ke tengah djalan mengantjam setiap orang lewat.

Tapi mestinja ia melihat pemandangan di djalan itu lebih berwarna. Rumahnja boleh dibilang berada persis di antara dua gudang beras, di utara dan selatan. Ketika ia masih di kelas satu atau dua SD, gudang beras jang utara disulap selama beberapa bulan mendjadi tempat pertundjukan wajang orang; jang di selatan sesekali dipakai untuk pertundjukan ludruk; itu dua kesenian jang tak berasal dari daerah berbahasa Using, daerah ajahnja. Waktu itu ibunja tak lagi bertjerita tentang kantjil jang tjerdik serta harimau dan buaja jang loba, tapi mulai memperkenalkan satria jang mendjadi pudjaan trah kakeknja di Ponorogo, misalnja sadja Wrekudara jang berkuku sakti dan Gatutkatja jang bisa mendjeladjahi angkasa (tentu sadja, ia djuga sudah tahu nama-nama itu dari kartu wajang jang didjual di warung-warung di dekat rumahnja dan sekolahnja).

Ibunja sering membawanja ke pentas wajang itu pada Sabtu malam; ia sendiri, tanpa idjin ibunja, sering menonton dari sisi panggung, menjelinap dari rumah tetangganja jang mendjadi tempat pondokan bagi anak-anak panggung itu. Sedjak itu ia mulai tahu kenapa Pandawa bisa mendjadi pahlawan, dan Kurawa harus mendjadi musuh setiap orang, djauh sebelum ia membatja komik R.A. Kosasih dan Mahabharata Njoman S. Pendit, djauh sebelum ia menonton pentas wajang kulit. (Dan ia heran bukan kepalang, kenapa kaum satria panggung itu harus mendjadi orang biasa seperti dirinja pada siang hari; mereka sering berselondjor bersarung menyantap ketan dan pisang goreng di warung di depan gudang itu.) Sementara dari panggung ludruk di gudang selatan (ia ingat, ia sering hanja terikut tetangganja) ia mulai tahu siapa Sakerah dan Sawunggaling; djuga tahu bahwa para perempuan gemulai di pentas itu sebenarnja lelaki belaka. Ia mengerti bahwa apa jang terdjadi panggung begitu djauh dari kenjataan di djalan itu, tapi masih djuga berada di tengah-tengahnja. Sampai di sini ia tiba-tiba sadar bahwa gambar pemandangan jang dilukiskannja kembali berwarna sepia, dan djalan itu belum lagi ia sebut namanja. 



Pentingnya Menyimpan Naskah

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com-Saya baru merasakan betapa pentingnya menyimpan naskah lama, baik novel (jumlah halaman minimal 100), novelet (sekitar 40-50 halaman), maupun nonfiksi (minimal 100 halaman) di awal 2017 ini. Akhir 2016 silam, saya dan dua orang teman dari FLP Kalbar, terpilih mengikuti Proyek 101 Menulis Buku dari penerbit lokal Pustaka Rumah Aloy, Pontianak. Mulanya, pihak mentor dari Rumah Aloy meminta saya mengembangkan cerpen dengan nuansa lokalitas (bukan lokalisasi loh ya) yang sangat kental sebanyak 5 halaman kuarto itu menjadi sebuah novel. itu berarti saya harus menambah 95 halaman lagi dalam waktu 101 hari atau sekitar 3 bulan. Awalnya saya menyanggupi bahkan sempat satu kali turun langsung guna riset lapangan ke Beting. Tapi karena di akhir tahun kemarin ada beberapa proyek penulisan juga yang harus saya garap, akhirnya saya menyerah (mohon maaf, Bapak Mentor dan Penerbit). Saya takut tidak terkejar hingga deadline berakhir. Karena merasa tidak enak hati, maka saya harus menggantinya dengan cerita lain yang minimal 100 halaman, sesuai standar buku fiksi dan nonfiksi penerbit Indonesia.


Beberapa hari lalu, saya bongkar-bongkar flasdisc lama saya dan ternyata ketemu dua naskah yang sudah ready. Satu fiksi dan satu lagi nonfiksi. Tapi setelah saya baca ulang, sepertinya naskah novel saya lebih cocok untuk diikutkan kompetisi yang diadakan penerbit yang lain saja. Akhirnya pilihan jatuh pada naskah nonfiksi saya yang sepertinya cocok dengan kriteria Pustaka Rumah Aloy. Bahkan sudah ada cover buku, kata pengantar, ucapan terima kasih, dan daftar isinya loh. Warbiasa, ya? tinggal di print-out saja.

Pentingnya Menyimpan Naskah

Pentingnya Menyimpan Naskah, baik fiksi (novel, novelet/ cerbung) maupun nonfiksi akan sangat terasa sekali ketika ada lomba/ sayembara novel atau cerbung (biasanya rutin diadakan Majalah Femina setiap tahun). Normalnya, batas waktu sayembara novel selama 3 bulan. Bayangkan jika Anda harus menulis dari nol, apa bisa terkejar dalam waktu sesingkat itu? Belum lagi dihitung lamanya pengiriman naskah, jika menggunakan pos. Terutama seperti saya yang memang belum pernah menerbitkan novel sama sekali, tentu sangat memberatkan. Menulis novel sangat berbeda dengan menulis cerpen yang cuma 6-8 halaman itu. 

Dalam menulis novel atau novelet (cerbung) kita akan diminta membuat sinopsis (biasanya 1-2 halaman) yang menggambarkan secara lengkap is cerita yang akan kita tulis, karena penerbit tidak punya waktu buat membaca naskah Anda setebal 100 halaman. Maka, buatlah sinopsis selengkap mungkin. Jangan ada yang disembunyikan dari penerbit. Burai saja semuanya. Selain itu, dalam menulis novel juga biasanya tokohnya lebih dari satu orang agar cerita tidak monoton. Bahkan ada penerbit yang sampai meminta outline lengkap.



Karena itulah, bagi saya menyimpan naskah lama menjadi begitu penting untuk menghadapi lomba kepenulisan (fiksi) seperti itu. Karena menulis sebanyak 100 halaman dalam waktu hanya 3 bulan tentu bukan pekerjaan gampang, apalagi bagi pemula seperti saya. Itu belum termasuk riset (apa jadinya novel tanpa riset?), mengedit EYD yang berantakan-termasuk menghapus dialog-dialog ping-pong tak berguna, print-out, dan terakhir mengirimnya via post yang memakan waktu 1-7 hari. Bayangkan, naskah novel dan buku nonfiksi saya yang bisa dibilang 80% sudah jadi saja masih perlu diedit ulang EYD nya. Khusus naskah fiksi/ novel, banyak dialog ping-pong yang harus saya cut.

Seorang teman di FLP Kalbar selalu rajin menulis 'cerpen' setiap kali ia mendapat ide. Ada beberapa cerpen sekitar 6 halaman yang ceritanya berbeda satu sama lain. Ketika saya tanya, kenapa cerpen-cerpen itu tidak dikirim ke media? Ia menjawab, "Ini bukan cerpen. Saya sengaja menulis cerita fiksi yang rencananya akan saya jadikan naskah novel. Jadi, kalau ada lomba novel, saya tinggal edit dan disambungkan saja." Smart, ya? SobatPreneur tertarik mencoba? 

Daftar Buku Belum-Selesai-Baca Saya di 2017

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com-Tahun 2017  bisa merupakan ‘bulan madu kedua’ saya dengan dunia sastra, yang sempat saya tinggalkan setahun belakangan karena sibuk di dunia nyata. Dimulai dengan proyek kepenulisan novel yang insya Allah dimulai Januari 2017, dan beberapa naskah lama yang saya perbarui untuk persiapan mengikuti sayembara novel sepanjang tahun ini. 

Tentu, pekerjaan utama seorang penulis hanya 3; membaca, membaca, dan selalu membaca.  Di tahun 2017 ini, saya bertekad membaca 1 buku setiap bulan. Ada banyak sekali buku (fiksi dan nonfiksi) yang saya beli dan tidak selesai dibaca. Bahkan ada yang belum tersentuh sama sekali. Guna menuntaskan resolusi itu, berikut  saya cantumkan Daftar Buku Belum-Selesai-Baca Saya di 2017. Semoga dengan memublikasikannya di blog dan dibaca orang lain, saya jadi termotivasi untuk menyelesaikannya sesuai target.

1    1.     Calabai karya Pepi Al-Bayqunie
Novel ini tebalnya 380 halaman. Diterbitkan oleh Javanica Press pertama kali pada Oktober 2016 silam.  Berarti mungkin di awal 2016, si penulis sudah menulis dan mungkin pertengahan 2016 naskahnya sudah jadi. Pertanyaan saya: Kenapa si penulis tidak mengirimkan naskahnya mengikuti Sayembara Novel DKJ 2016? Karena tahun ini, juara 2 dan 3 tidak ada.



Novel ini sangat menarik. Berdasarkan kisah nyata seorang bissu, pemuka spiritual suku Bugis Makassar yang dipercaya menjadi penghubung antara alam manusia dan dewata. Calabai berkisah tentang seorang bernama Saidi, lelaki yang tabiatnya seperti  perempuan dan menyukai sesama jenis. Ia diusir ayahnya dari rumah karena mempermalukan keluarga. Saidi akhirnya menjadi seorang bissu. Bagi saya, novel ini sangat unik-dan layak menang di sayembara novel DKJ-karena selain berlatar lokalitaskedaerahan  yang sangat kental, juga mengungkap mengenai kehidupan seorang bissu yang calabai (bissu) penyuka sejenis, satu hal yang tabu dan jarang diangkat menjadi sebuah cerita. Dan novel ini layak menang. Cuma sayang banget, ya, tidak dikirim?

2    2.   The Introvert Advantage karya Marti Olsen Laney, Ph.D
Ini satu-satunya buku nonfiksi yang masuk daftar baca saya tahun ini. bukunya lumayan tebal 384 halaman di luar daftar pustaka. Buku ini membahas bagaiman seorang introvert (seperti saya) bisa bertahan dan sukses di dunia kaum ekstrover. Menarik, ya?

3     3.     Rahasia Seks Leluhur Jawa karya Yudhi A.W


Buku terbitan Diva Press ini menyadur Serat Chentini. Bisa kebayang, kan, isinya kayak apa? Tebalnya hanya 263 halaman, sudah termasuk profil sang penulis. Saran saya cuma satu, jangan coba-coba baca buku ini di siang hari sepanjang Ramadhan ya, kecuali kalau mau puasanya batal.

4     4.     Dan Hujan pun Berhenti karya Farida Susanty
Farida Susanty adalah novelis peraih penghargaan Khatulistiwa Literary Award 2007 kategori Penulis Muda berbakat. Dan ini adalah teenlit. Tepatnya, dark teenlit. Novel ini sedang saya baca saat ini. semoga akhir bulan sudah kelar. DHPB sangat berbeda dengan teenlit pada umumnya yang ceritanya kacangan. Lucunya nanggung. Teenlit best-seller ini ceritanya rada dark dan ‘berat’ dibanding teenlit umumnya. Sudah dicetak sebanyak 10 kali hingga Agustus 2016. Tebalnya 322 halaman. Yah, lumayanlah sekali-sekali baca teenlit. Biar nggak jenuh, sob.

5     5.     Arok-Dedes karya Pramoedya Ananta Toer
Novel ini sebenarnya sudah saya baca separuh, tapi saya tinggalkan karena terlalu ‘berat’ dan bikin jadi malas bacanya. Ini novel yang membahas kudeta pertama kali dalam sejarah pemerintahan di Indonesia. Novel terbitan Lentera Dipantara ini cukup tebal, 555 halaman, yang ditulis Pram pada periode 1 Oktober-24 Desember 1976, saat menjadi tawanan politik di Pulau Buru. Untuk sebuah novel sejarah setebal itu hanya dalam waktu 3 bulan termasuk sangat3x hebat luar biasa.

Novel politik ini menceritakan usaha Ken Arok-dibantu Ken Dedes seaku permaisuri Tunggul Ametung-untuk menjatuhkan Ametung dari Kerajaan Tumapel melalui intrik politik yang sangat cerdas, tanpa harus melibatkan Arok secara langsung. Kenyataan sejarah ini justru tidak dicantumkan dalam buku-buku pelajaran sejarah di sekolah karena dianggap berbahaya bagi pemerintah  Orde Baru.

6     6.     Panggil Aku Kartini Saja-Pramoedya Ananata Toer
Pengen tau biografi seorang Kartini dari sudut pandang seorang Pram yang khas? Baca deh novel ini. dengan tebal 301 halaman, novel ini berisi kutipan surat-surat Kartini untuk teman-temannya di Belanda, Estelle Zeehandelaar dan Ny. Abendanon, Ny. Nelly Van Kol, dan beberapa perempuan Belanda lainnya. Kita tahu kelak surat-surat ini dikumpulkan menjadi satu buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Yang sangat menggangu adalah begitu banyaknya catatan kaki dalam novel ini.

7    7.     Jadi Freelancer Kaya karya Danie G Praditya



Ini genrenya nonfiksi. Bahasa dan bahasannya ringan dengan ketebalan hanya 205 halaman, sudah termasuk profil penulis yang merupakan seorang freelancer sekaigus presiden IFA (Indonesia Freelancers Association).  Cocok dibaca untuk mengisi waktu siang hari di bulan Ramadan.




Dalam tahun ini pun, saya siap membeli novel-novel pemenang  Sayembara Novel DKJ 2016, terutama karya Ziggy, semua Ikan di Langit yang berhasil menjadi Pemenang I sayembara novel paling bergengsi di Indonesia itu. Bisa dibayangkan sibuknya saya sepanjang tahun ini. dan semoga buku ke-4 saya bergenre nonfiksi bisa segera terbit April 2017 ini. Aamiin.

Syarat Mengirim Tulisan di basabasi.co

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com-SobatPreneur suka mengirim cerpen, puisi, atau esai ke media cetak/ online? Berikut saya lampirkan Syarat Mengirim Tulisan di basabasi.co. selamat mencoba

1. Karya belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun (cetak atau digital).
2. Setiap naskah yang dimuat akan mendapatkan  fee: cerpen Rp300.000; puisi Rp250.000; esai Rp300.000; rehal buku (resensi) Rp200.000; dan hibernasi (artikel ringan) Rp100.000.
3. Bila dua bulan sejak pengiriman tidak dimuat atau tidak mendapatkan informasi akan dimuat maka otomatis naskah tersebut dinyatakan tidak lolos seleksi.
4. Panjang cerpen maksimal 8 halaman 1.5 spasi, (margin 4 atas, 3 bawah, 4 kiri, 3 kanan). Dan puisi dikirim 5-10 puisi per pengiriman. Genre dan tema cerpen dan puisi bebas.
5. Esai Ilmiah, mendalam, teoritik-analitik, dengan gaya bahasa dan penyajian ringan, tidak kaku seperti makalah atau skripsi. Minimal 3 halaman 1.5 spasi.
6. Panjang resensi buku adalah 3-4 halaman, 1.5 spasi, wajib menyertakan cover buku, buku bisa dari penerbit mana pun, dan berumur terbit tidak lebih dari 6 bulan. Khusus untuk tulisan atas buku-buku terbitan DIVA Press Group akan mendapatkan tambahan reward (2 eks buku DIVA).
7. Hibernasi berisi bahasan segala sesuatu yang kekinian, menjadi tren di media massa, hobi, film, musik, fashion, seni, dunia kreatif, pengalaman hidup, dan sebagainya. Disajikan dengan bahasa ringan (boleh agak liar), panjang 3-4 halaman, 1.5 spasi, boleh melengkapi dengan gambar sendiri dengan resolusi antara 800-1000 pixel.
8. Tulisan dikirim ke email: gerobaknaskah@basabasi.co dengan subjek sesuai dengan jenis naskah (PUISI/CERPEN/ESAI/REHAL BUKU/HIBERNASI).
9. Sertakan data diri; nama, alamat lengkap (untuk pengiriman kaus), nomor rekening, akun media sosial, foto pribadi, dan keterangan lain yang dirasa perlu (data diri diletakkan di halaman terakhir karyamu). Badan email biarkan kosong.
10. Fee akan ditransfer di hari yang sama dengan pemuatan. Biaya transfer antar bank (kecuali Bank Mandiri) ditanggung oleh penulis.
11. Penulis boleh mengirimkan karya sebanyak-banyaknya dan boleh jadi akan sering dimuat jika lulus seleksi kurator jurnal ini.
12. Setiap penulis yang karyanya dimuat akan mendapat 1 t-shirt basabasi. T-shirt tidak untuk karya kedua, ketiga, dan seterusnya.


Sinopsis dan Blurb

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com-Saat sedang mengevaluasi naskah masuk, yang pertama dilakukan tim redaksi biasanya adalah membaca sinopsis dari naskah tersebut. SobatPreneur tahu perbedaan antara sinopsis dan blurb?

Perbedaan utama antara sinopsis dengan blurbterutama pada untuk siapa tulisan itu dimaksudkan. Sinopsis ditujukan kepada redaksi penerbit ketika kita hendak mengirimkan naskah kita. Sementara, tulisan di sampul belakang  atau disebut  blurbdibuat untuk pembaca. Sinopsis ditulis penulis untuk membuat redaksi tertarik membaca dan mengevaluasi naskahnya, sementara tulisan blurb ditulis oleh penerbit untuk menggoda pembaca agar mereka tertarik lalu membeli buku tersebut. Dengan kata lain, sinopsis dibuat untuk membikin tim redaksi/editor penasaran. Sementara blurb dibuat agar pembaca penasaran dan tertarik membacanya.
Dari membaca sinopsis ini, tim evaluasi di redaksi bisa memutuskan apakah akan lanjut membaca naskahnya atau ganti memeriksa naskah lainnya. Dengan demikian, sinopsis yang ditulis dengan baik dapat membuat tim evaluasi naskah tertarik untuk membaca dan memeriksanya lebih lanjut. Perhatikan, jangan sekali-kali mengirimkan naskah ke penerbit tanpa sinopsis kalau kalian tidak ingin diomeli editornya. Tulislah sinopsis yang baik sebagai pengantar tim redaksi dalam mengevaluasi naskah yang kamu kirimkan. Nah, sudah tahu kan pentingnya sinopsis? Sekarang, kita lanjut dengan bagaimana menulis sinopsis yang baik.
1.    Lengkap

Sinopsis adalah ringkasan yang lengkap dari sebuah naskah, dari A – Z. Jangan menyembunyikan sesuatu dalam sinopsis, termasuk ending dari naskah novel kamu. Jika si A nanti menikah dengan C, ya tuliskan. Untuk naskah novel misteri detektif misalnya, sebutkan juga siapa pembunuh yang sebenarnya dalam sinopsismu. Tim penyeleksi harus tahu. Jika kamu menyimpan kejutan-kejutan dalam naskahmu, tuliskan juga dalam sinopsis. Pokoknya, sebutkan semuanya agar editor tahu luar-dalam dari naskah yang kamu kirimkan. Jangan menyembunyikan apa pun di naskahmu dalam sinopsis. Justru, tim redaksi harus tahu semua keistimewaan dari naskahmu itu. Dengan mengetahui luar dalam lewat sinopsis, tim redaksi akan lebih mantap dalam memutuskan akan menolak atau menerima sebuah naskah. Dalam hal ini, sinopsis berkebalikan dengan ‘blurb.’ Dalam ‘blurb,’ justru kejutan-kejutan itu yang harus disembunyikan dari calon pembaca.

2.    Pendek tapi Jelas

Jangan berpanjang-panjang dalam menulis sinopsis untuk naskahmu. Ingat, kamu hendak menulis sinopsis, bukan menulis cerpen. Meskipun naskahmu setebal 500 halaman, buatlah sinopsis dalam jumlah halaman yang masuk akal. Sinopsis  novel standar sekitar 1-2 halaman sudah cukup. Semakin panjang, semakin itu bukan sinopis. Tim redaksi itu sibuk loh, setiap hari harus membaca puluhan naskah, maka tulislah sinopsis yang ringkas namun isinya mewakili isi buku. Dengan demikian, tim redaksi tidak akan malas duluan. Capek loh baca sinopsis lebih dari 5 halaman padahal yang diperiksa ada puluhan naskah.

3.    Awali dalam Bentuk Poin-Poin

Tergantung jenis naskahnya sih, tapi isi naskah nonfiksi akan lebih terwakili dan lebih mudah digarap jika dalam bentuk poin-poin. Tapi, ya, sinopsis jangan kemudian kayak pilihan ganda dan tabel isian yang membosankan. Dari poin-poin ini, kamu bisa mengembangkannya lagi dalam bentuk paragraf.Padukan antara deskripsi dan poin-poin secara luwes. Menulis dalam poin-poin akan memastikan semua hal menarik dalam naskahmu turut terwakili. Editor juga bisa membacanya dengan lebih cepat.Khusus naskah fiksi (novel atau cerpen), sinopsis dapat ditulis dengan mengacu pada tiga poin utama: konflik, sikap atau penerimaan karakter utama terhadap konflik, dan resolusi. Dalam sinopsis novel, tim evaluasi sangat ingin tahu konfliknya seperti apa, terus tokoh2nya bakal bagaimana, dan penyelesaiannya kayak apa. Ketiga poin utama itulah yang harus kamu masukkan dalam sinopsis naskah novelmu. Kemudian, kembangkan poin-poin itu dalam bentuk paragraf deskripstif agar lebih enak dibaca dan tidak terkesan seperti membaca daftar. Gampang kan? Jadi nggak perlu menceritakan ulang seluruh isi naskahmu.

4.    Sopan dan Rapi, tapi Tidak Kaku

Jangan terlalu kaku, tapi juga jangan asal menulis. Santai tapi sopan. Jangan elu-gue ya kalau menulis surat dan sinopsis meskipun naskahmu adalah naskah remaja. Bayangkan kamu sebagai penjual yang sedang menawarkan naskahmu kepada mbak-mbak redaksi, jadi tetap ada rasa sopan dan segan. Nah, calon pembeli biasanya akan cerewet bertanya: ini uniknya apa? bagus nggak? nilai lebihnya di mana? asyik nggak? Nah, cobalah menulis sinopsis yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi.


Sumber: blogdivapress.com 

Mendengarkan Mocca

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com-Jika Mario F Lawi menulis buku antologi puisi berjudul Mendengarkan Coldplay yang ia ambil dari judul lagu-lagu band Coldplay-yang dipadukan dengan cerita dari Al-Kitab, maka saya cukup senang ketika kembali bisa mengunduh sembari mendengarkan Mocca. Mocca adalah-barangkali-band beraliran agak jazz dalam negeri pertama yang hampir semua musiknya berbahasa Inggris. Seingat saya, waktu itu akhir 90-an, jamannya mazhab kaset-isme masih merajai negeri. Saya dulu punya koleksi kaset hingga 100 buah lebih.



Sayang sekali, musisi dan pelaku industri musik kita tidak cepat tanggap menghadapi era digital, hingga perlahan industri kaset lenyap begitu saja dari industri musik tanah air.  Ditambah pula dengan tape recorder yang nyaris tidak kita jumpai lagi. Salah satu lagu Mocca yang asik banget karena memadupadankan berbagai jenis aliran musik, berjudul Swing It, Bob! Yang dinyanyikan featuring penyanyi senior Bob Tutupoly. Lagunya singkat, hanya berdurasi 03.24 menit saja.

        


Ini liriknya:

Hello Dear! What can I do for you?
Will you go and swing along tonight?/ Just take a step and they’ll do the restJust let it flow…and you will glow/ Just like the moon beam up in the sky tonight
Never mind…troubles that may have comeJust go along with the tunes the band are playingBut let’s go and dance!/ Do tango or a mambo jumbo I don’t care!

Do the cha-cha-cha..Do the Tango..Do the Samba..Or Perhaps play something sweet/ slow..and nice like…a waltz? / Na’ah! I prefer to go swinging…!

Ada beberapa lagi lagu Mocca yang saya suka seperti And The Rain fall, Let Me Go, Me and My Boyfriend, You and Me Againts the World,dan tentu saja Lucky Man. Yang terakhir itu berkisah tentang seorang lelaki yang dikenal sebagai lelaki yang beruntung. Memenangkan lotere, memiliki karir yang cemerlang, punya banyak teman, semua pintu terbuka untuknya…tapi ternyata  semua itu keliru. Dia sangat beruntung karena punya pacar yang membukakan semua’ jalan’ itu baginya. Oh, lucky man. 



Identifikasi Wajah Manusia menggunakan Ponsel Berbasis Android

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com-Ketua Prodi Sistem Komputer MIPA Untan, Drs. Cucu Suhery, M.A bersama salah seorang dosen Prodi Sistem Komputer MIPA Untan, Ikhwan Ruslianto, meneliti tentang Identifikasi Wajah Manusia Menggunakan Ponsel Berbasis Android untuk Presensi Kehadiran. Saat ini penelitian tersebut sedang berlangsung, mengambil lokasi penelitian di Program Studi Sistem Komputer MIPA Untan. Cucu (selaku Ketua Tim Penelitian) mengatakan, alasan ia dan rekannya, Ikhwan, meneliti tema ini untuk memudahkan perusahaan dalam memonitoring kehadiran karyawan. 

“Selama ini perusahaan memonitoring karyawan menggunakan sidik jari (finger print) yang mana karyawan harus datang ke kantor setiap hari. Sedangkan sistem ini tidak mengharuskan karyawan ke kantor,” ujar Cucu.

Drs. Cucu Suhery, M.A (sumber: Vivi Al-Hinduan)

Di masa depan, akan semakin banyak karyawan yang dapat bekerja di rumah tapi tetap terhubung ke kantor via internet. Dengan sistem ini, meskipun si karyawan bekerja dari rumah, tapi pihak perusahaan tetap dapat mengontrol absensi karyawan lewat identifikasi wajah manusia dengan menggunakan ponsel berbasis android. Penelitian ini menggunakan database berupa foto wajah para dosen Program Studi Sistem Komputer MIPA Untan dengan menggunakan pola wajah manusia untuk melihat kecocokan. Sistem operasi ini menggunakan Android, dengan metode Logika Fuzzy (Logika Tersamar) merupakan pengembangan dari teori himpunan berupa  suatu metode yang menggunakan interval tertentu untuk mengklasifikasi dan meng-cluster wajah manusia.

Selain menggunakan metode Logika Fuzzy, juga menggunakan  Eclips, sebuah Integrated Development Environment (IDE) untuk mengembangkan perangkat lunak. Eclips dapat berfungsi sebagai editor android, dan dapat beradaptasi di semua platform, dengan pemrograman menggunakan bahasa Java. Penelitian ini bermanfaat untuk memudahkan pihak perusahaan memantau absensi karyawan mereka dari jauh.


“Di masa depan, sistem ini sangat dibutuhkan untuk kantor non-konvensional. Dan di beberapa negara lain sistem ini sudah mulai diterapkan,” tandasnya.

Lowongan Video Broadcast Journalist BBC Indonesian Service

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com- SobatPreneur, ada Lowongan Video Broadcast Journalist BBC Indonesian Service nih. Paling lambat 23 Februari 2017. yuk, simak persyaratan lengkapnya di sini ya. buruan daftar.


Mengenal Budaya Antar Tumpang Melayu Landak

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com- Menurut kepercayaan masyarakat yang hidup di sepanjang aliran sungai Kapuas di Kabupaten Landak, Kalbar, tempo doeloe,segala bencana alam, hujan deras, angin kencang, banjir yang terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kahar (1472-1542), disebabkan oleh kemarahan mahluk gaib kepada masyarakat. Kemarahan tersebut terjadi karena manusia telah merusak alam dan bersikap kurang bersahabat terhadap para mahluk yang hidup di alam gaib. Dengan kata lain, agar tidak terjadi bencana alam tersebut masyarakat harus menjaga mahluk gaib tersebut agar mereka tidak marah pada manusia. Satu diantara cara yang dilakukan oleh masyarakat landak untuk menghindari kamarahan mahluk-mahluk gaib tersebut adalah dengan melaksanakan budaya adat Antar Tumpang Melayu Landak.

foto: sumbangan Ocon Robiansyah
Sebagai kegiatan untuk “merayu” mahluk gaib agar tidak marah dan menimbulkan bencana alam, pelaksanaan adat antar tumpang di penuhi dengan hal-hal mistis dan simbolis. Misalnya penggunaan ayam kampung jantan sebagai simbol kemandirian. Ayam kampung selalu berusaha untuk mencari makan sepanjang hari dari subuh hingga menjelang petang. Begitu juga manusia dalam menjalani hidupnya harus berusaha mandiri tidak perlu menunggu disantuni atau mengharap bantuan orang lain. Adat Antar Tumpang juga sering digunakan pada saat masyarakat Landak mau mengadakan pesta pernikahan, pesta panen padi dan pesta buang adat. Sebagi bentuk rasa saling menghormati antar mahluk gaib dengan manusia. Jika adat antar tumpang tidak di laksanakan maka akan menimbulkan kemarahan pada makhluk gaib dalam bentuk benca alam.

Bahan-bahan yang digunakan untuk Adat Antar Tumpang

Sesuai dengan namanya, maka benda utama yang harus ada dalam acara antar tumpang ini adalah tumpang. Tumpang yang berbentuk keranjang yang terbuat dari anyaman daun kelapa yang masih muda.
1.    Ayam kampung jantan yang telah di panggang. Ayam kampung digunakan untuk mengingatkan kedua mempelai agar hidup secara mandiri dan tidak minta dikasihani, sebagaimana ditujukkan oleh sifat dari ayam kampung.
2.    Nasi 5 warna nasi ongko 5 warna
a. Warna putih
b. Warna merah
c. Warna hitam
d. Warna kuning
e. Warna hijau 
3. Sente  atau sekapur sirih
4. Pulut atau lemang
5. Telur ayam kampung merupakan simbol kebersihan hati dan kebulatan tekad
6. 1 Mangkok nasi kuning sebagi wadah untuk menyimpan segala kegembiraan.
3.     1 Butir Cucur yang melambang manisnya kehidupan.
4.     1 Batng lilin merah sebagai  penerang kehidupan.
5.    1 buah paku di setiap tumpang tersebut melambang kerasnya kehidupan.


     Mantra yang digunakan di dalam prosesi adat antar tumpang ini adalah mantra berbahasa melayu landak yaitu:
             “Ape Kate e To’ Kame Bekabar – berpadah kepadaSida’ yang Nunggu Ae’ kame minta jagakan anakUcu’ Side’ yang mao megang Gawe atau maongawinkan anak si Anu’ dengan si Anu’ to’ lahkami beritaukan dan berkabar jangan na’ ngaru,na’ ngacau gawe kame atau gawe anak ucu’ sida’dankame minta dijagakan takut mungkin mao’ngacau sida’ tegakan jangan ngacau anak ucu’ baik yang dari darat dari laot,” 

artinya: apa yang kami kerjakan ini adalah untuk memberitahukan kepada sang makhluk halus agar tidak menggangu acara yang kami kerjakan ini. Baik penguasa laut dan daratan agar tidak menggangu kami.

Nilai-nilai yang Terkandung Dalam Antar Tumpang

Bagi masyarakat melayu Landak Adat Antar Tumpang ini mengandung nilai-nilai kehidupan. Dimana nilai-nilai tersebut merupakan potretan masyarakat yang hidup saling berinteraksi dalam membangun hubungan yang harmonis dengan alam di sekitar mereka.

Selain itu juga ada penghormatan kepada alam. Alam tidak saja menjadi tempat manusia hidup, tapi juga menjadi sumber manusia mendapatkan kehidupan. Alam akan menjadi sumber penghidupan bagi manusia apabila manusia memperlakukannya secara baik. Tetapi jika manusia memperlakukan alam dengan semena-mena, maka alam akan menjadi sumber malapetaka bagi kehidupan manusia. Kedua, nilai gotong royong dan solidaritas sosial. Beban berat akan menjadi ringan jika ditanggung secara bersama-sama. Pesan itulah yang dapat kita ambil dari pelaksanaan Upacara Antar Tumpang. Ketiga nilai religius. Melalui Upacara Antar Tumpang, kita dapat melihat apa dan bagaimana keberagaman masyarakat landak.

Pelaksanaan Adat Antar Tumpang merupakan cara yang dilakukan masyarakat landak untuk membangun hubungan yang harmonis dengan alam. Bagi kami hubungan baik dengan alam akan menghindarkan kami dari segala macam bencana.

Mengenal Budaya Antar Tumpang Melayu Landak ini juga menyadarkan kita bahwa keyakinan mampu menjadi modal untuk menyelamatkan lingkungan. Nenek moyang orang landak telah mengajarkan bagaimana menjadikan keyakinan sebagai media untuk menyelamatkan lingkungan. Melihat pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam Antar Tumpang dalam pelestarian lingkungan, maka sudah seharusnya jika para pemangku kepentingan bersama-sama melestarikan dan mengembangkan Antar Tumpang ini. Jika cara-cara lokal dalam menjaga lingkungan terus dilakukan, maka kita akan menyaksikan alam yang terlestari.

 sumber cerita: Ocon Robiansyah







Situs Crowdfunding Wujudkan.com Resmi Tutup Layanan

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com-Situs Crowdfunding Wujudkan.com Resmi Tutup Layanan. Tak terasa Wujudkan.com akan berusia 5 tahun di Februari 2017 ini. Telah banyak Kreasi yang berhasil diwujudkan, walau lebih banyak lagi yang tidak berhasil.


Sejak awal launching-nya di 2012, Wujudkan.com tetap konsisten mendukung industri kreatif Indonesia melalui platform crowdfunding. Dan selama lima tahun berjalan, situs crowdfunding pertama di Indonesia yang mendukung para pekerja kreatif ini telah meningkatkan optimisme kami terhadap masa depan industri kreatif Indonesia.
Namun, di tengah optimisme mereka harus menghadapi kenyataan bahwa selama lima tahun berjalan, jumlah Kreasi yang sukses menggalang dana tidak pernah lebih dari 12%. Ini sebuah angka yang terlalu sedikit bagi sebuah bisnis. Selama lima tahun ini mereka terus berupaya untuk meningkatkannya dengan segala kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki. Namun, angka ini tidak juga meningkat.
Angka ini menjadi penting, karena Wujudkan.com bukanlah sebuah lembaga dana. Wujudkan.com adalah sebuah badan usaha. Angka ini menjadi penting karena biaya operasional yang diperlukan menjadi terlalu besar. EntrepreneurKreatif pun menerima email resmi dari admin wujudkan.com yang berisi seperti di bawah ini:
Untuk itu, kami telah menetapkan bahwa Wujudkan.com akan berhenti beroperasi per 31 Maret 2017. Saat ini, kami telah memulai proses cut off  tersebut dengan tidak menerima Kreasi baru.
Kami melakukan ini dengan berat hati. Kami masih sangat percaya bahwa crowdfunding adalah salah satu solusi terbaik untuk industri kreatif. Tapi kami harus realistis. Kami harap teman-teman Pewujud tidak berhenti mendukung perkembangan industri kreatif. Dan kami harap, teman-teman Kreator tidak berhenti melakukan crowdfunding. Saat ini ada berbagai macam crowdfunding platform yang telah berjalan, yang dapat mengakomodir kebutuhan teman-teman.
Kami juga berjanji tidak akan menutup Wujudkan.com begitu saja tanpa menyisakan jejak sama sekali. Pada tanggal 31 Maret 2017, kami akan melakukan hal-hal ini:

1. Setiap Kreator akan kami kirimkan laman statis dari semua kampanye yang pernah dijalankannya, agar dapat dipasang di blog atau server masing-masing.

2. Blog Wujudkan.com akan kami pindahkan ke sebuah alamat wordpress agar selalu bisa diakses. Sehingga semua tips cara crowdfunding yang pernah kami
Sumber: email resmi wujudkan.com





Momwriter’s Diary (1)

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com-Kali ini EntrepeneurKreatif akan membedah buku karya Dian Kristiani berjudul Momwriter’s Diary terbitan Bhuana Ilmu Populer (BIP). Cetakan pertama 2013. Dian adalah seorang ibu rumah tangga kelahiran 1974, dengan dua anak lelaki. Ia tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur bersama suami dan dua anaknya.  Ia sudah menerbitkan 100 buku (90% berupa buku dongeng dan bacaan untuk anak) yang semuanya diterbitkan oleh penerbit mayor nasional.



Momwriter’s Diary menceritakan proses kreatif Dian dalam membagi waktu antara keluarga dan menulis buku, hingga tips dan trik agar naskah lolos ke penerbit. Buku setebal 139 halaman ini mengupas tuntas mulai dari kisah hidup seorang Dian Kristiani yang memutuskan menjadi penulis buku profesional, khususnya menulis buku dongeng anak, setelah beliau resmi di-PHK dari perusahaan buying office tempatnya bekerja selama delapan tahun. Karena bingung mau melamar kerja ke perusahaan apa, ditambah faktor usia dan gaji terakhirnya di perusahaan tersebut yang terlalu tinggi sehingga menyulitkannya menetapkan gaji di perusahaan yang baru, akhirnya ia memilih menjadi penulis profesional penuh waktu.

Pada Bab 1 (Hal. 1-3) dengan subjudul  Merintis Jalan Menjadi Penulis, Dian sudah menekankan pentingnya membuat naskah cerita yang bagus dan menarik perhatian editor. Jangan khawatir nama kita belum terkenal. Bagi editor, yang penting kita punya naskah yang bagus dan bisa dijual. Titik.

Bab 2 (Hal.5-9) dengan subjudul Penulis Kok Matre? Dian mengatakan, jika ingin serius terjun total di dunia kepenulisan dengan mendapat pemasukan utama dari royalti, maka kita harus benar-benar mempertimbangkan aspek finansialnya. Kecuali kalau kita hanya sekadar iseng mengisi waktu luang dengan menulis buku, tanpa berniat mencari uang dari sana. Jangan mau hanya dibayar Rp 1 juta untuk naskah novel yang kita tulis sebanyak 100-150 halaman, misalnya. Karena sangat tidak mudah menulis sebuah novel. Hal itu jugalah yang mengurungkan niat saya mengikuti sebuah lomba novel di awal tahun ini yang mencantumkan hadiah juara I Rp 1 juta (apa??!) dengan minimal 100 halaman dan iming-iming naskah akan diterbitkan. Walhasil, setelah jadi 50 halaman, langsung saya kirim ke sebuah majalah nasional karena selain bayarannya 2x lipat, otak saya juga seudah mentok mikir. Pas dah.

Bab 3 (hal. 11-14) berjudul Plagiarisme Ada di Mana-mana. Hmm. Dian berkisah tentang plagiator yang bertebaran di mana-mana. Ada juga penulis yang mengirim naskahnya ke penerbit A, lalu lama tidak ada kabar. Tiba-tiba, ada sebuah novel baru dari penerbit tersebut tapi atas nama penulis lain, yang mana isi cerita novel itu sama persis dengan naskah yang dikirim si teman Dian. Lha, kok bisa? Ada juga penulis yang setting-nya mencontek total dari sebuah artikel perjalanan yang ia dapat di internet. Ada juga penulis yang berlindung di balik kata ‘terinspirasi dari kisah nyata’ padahal isi ceritanya nyontek total dari sebuah buku lain atau kisah nyata orang lain, tanpa dimodifikasi sama sekali.

Bab 4 (hal.16-20) berjudul Kirim Langsung ke Penerbit atau Lewat Agensi? Ternyata, Dian tidak pernah mengirim naskahnya via agensi alias langsung ke penerbit. Tugas agensi adalah menghubungkan penulis dengan penerbit. Jadi, si penulis bisa mengirimkan sinopsis, outline, ide, contoh tulisan, dll ke agensi, nanti mereka yang mengajukannya ke penerbit. Jika disetujui, kita akan mulai menulis dengan deadline yang sangat ketat. Tentu, mereka minta fee sebesar 25-30% ke penulis. Gede, ya? Bayangkan, jika penulis (harusnya) mendapat royalti 10% dari harga jual buku, maka kita harus memberi komisi sebesar 3% untuk agensi, dan kita hanya menerima 7%.  

Ternyata ada beberapa agensi ‘nakal’ di Indonesia yang hobi ngerjain penulis, karena penulis tidak pernah berhubungan langsung dengan penerbit, mereka juga kadang menipu (hal.18) penulis dengan mengatakan bahwa penerbit sudah membeli putus naskah, padahal penerbit memberi royalti. Celakanya, laporan royalti tersebut pernah nyasar ke rumah si penulis hingga akhirnya ketahuan. Jumlah royaltinya pun berlipat ganda dari harga  jual-putus naskah yang diberikan si agen ke penulis. Ada juga yang menahan uang down payment (DP) dari penerbit untuk penulis. Warbiasak!

Bab 5 (22-25) Royalti Versus Jual Putus. Kapan kita sebaiknya menjual putus naskah kita? Dian menyarankan jika kondisi keuang kita sedang kritis alias butuh uang cepat, sebaiknya jual putus, karena royalti biasanya dibayarkan 6 bulan sekali. Selain itu, jika penerbitnya masih 1-2 tahun berdiri dan kita tidak tau apakah penerbit itu mampu bertahan lama, sebaiknya pilih jual putus saja. Juga jika penerbitnya sering mangkir membayar royalti, lebih baik pilih sistem jual putus daripada kita stres mikirin royalti yang tidak kunjung dibayar.

Bab 8 (38-41) Manajemen Waktu. Bagi seorang ibu rumah tangga yang semua dilakukan sendiri, mulai mengantar anak sekolah, masak, ngepel, arisan, pengajian, dsb, rasanya sulit sekali meluangkan waktu untuk menulis. Benarkah? Dian menolak keras anggapan itu. Ia yang dulu merupakan wanita karir, bahkan sengaja membawa bekal makan siang dari rumah agar ia dapat meluangkan waktu sehabis makan untuk menulis sekitar 1-2 halaman. Jika makan di luar, sehabis makan waktu kita lebih banyak dihabiskan untuk bergosip bersama rekan kantor. Setelah menjadi penulis dan ibu rumah tangga tanpa asisten, Dian masih sempat menyisihkan waktunya di malam hari sekitar jam 10-12 malam untuk menulis. Ia juga rutin menulis minimal 1 cerita setiap hari, 1-2 halaman.

Bab 9 (43-51) Menjadi Penulis Sejahtera. Pasti pada mau, kan? Dian membagi tips agar bisa mengandalkan nafkah 100% dari profesi menulis. Jujur, sebagian besar penulis-khususnya di daerah-tidak bisa mengandalkan hidup mereka 100% hanya dari menulis. Mereka biasanya punya profesi utama (dan menulis adalah kerjaan ‘iseng’) seperti guru PNS Bahasa Indonesia atau Wartawan.

Dian membagikan beberapa tips jika ingin serius menjadi penulis. Berikut beberapa di antaranya:
    1.    Niatkan secara serius bahwa menulis adalah profesi (bukan sekedar hobi) yang akan kita jalani untuk mencari uang.
    2.    Pastikan bahwa karya kita memang bagus dan layak jual. Caranya? Perhatikan buku-buku sejenis yang beredar di pasaran. Apakah keunggulan naskah kita dibanding mereka?
    3.    Mulailah membidik media dan penerbit yang akan dituju. Sesuaikan dengan karya yang sudah terbit di sana untuk mengetahui selera penerbit atau media itu.
      4.    Tulis, kirim, lupakan.
      5   Pelajari buku-buku best-seller. Tambahan dari saya, selain best-seller, juga pelajari karya pemenang lomba/ sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta, novel peraih Khatulistiwa Literary Award (Kusala Sastra Khatulistiwa) dan pemenang lomba novel lainnya. Anda akan tahu kenapa mereka bisa menang.
    6.    Pilih media atau penerbit yang jelas, biasanya berada di bawah sebuah grup penerbit besar dan berani menggunakan sistem royalti (bukan beli putus).
     7.    Pastikan SPP (Surat Perjanjian Penerbitan) sudah ada di tangan sebelum buku terbit. Jangan sampai buku kita laris di pasaran tapi royalti tidak kita terima.
     8.    Selalu cantumkan nama lengkap, no. HP, dan nomor rekening pada setiap naskah yang kita kirimkan ke media/ penerbit.
      9 .    Rajin mempromosikan buku kita.

     10.Rajin menabung naskah. Ini terutama berlaku jika kita ingin mengikuti lomba novel yang rentang waktu hanya 3 bulan.  Dian selalu punya beberapa naskah cerita yang sudah tersusun rapi di draft. Begitu ada permintaan mendadak dari penerbit atau ada lomba novel, tinggal dikirim.

Menjajal Menu di Crown Café Pontianak

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com-Malam itu, saya dan rekan ingin menjajal tempat baru di Pontianak. Tibalah kami di sebuah kafe yang baru dibuka di Jl. Surya, Pontianak Selatan, tak jauh dari Radio Volare. 




Dengan suasana yang cozy, ditambah sebuah layar besar yang sedang menayangkan pertandingan bola, kami melihat menu makanan yang tersaji di sana. Harganya cukup terjangkau.



Kami sepakat memesan nasi goreng telor untuk mengganjal perut malam itu. Sembari menunggu pesanan tiba, saya memilih minuman es jeruk segar, dan rekan saya memesan jus alpukat.




Usai bersantap, kami menyempatkan diri berfoto sejenak sebelum meninggalkan tempat.  Itulah sekilas perjalanan saya dalam Menjajal Menu di Crown Café Pontianak malam itu.






Oh My Goodness

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com-Buku pintar bagi para entrepreneur kreatif  ini berjudul Oh My Goodness, karya Yoris Sebastian.  Ada beberapa bab (Yoris menggunakan kata chapter) yang terdiri dari 3 bagian/ part dalam buku  yang (sengaja) tidak mencantumkan  jumlah halaman ini, yang menurut saya sangat menarik untuk dikupas. Masing-masing partterdiri atas 3 chapter.

foto: whizisme


Di part 1 chapter 1, berjudul  Creativity is a habit, not genetic. Yoris menekankan bahwa kreatifitas bukanlah suatu faktor genetik/ turunan, tapi sebuah kebiasaan yang bisa dipelajari siapa pun. Yoris menyebutkan, kebiasaan kita dapat berubah secara permanen jika dilakukan terus-menerus dalam waktu satu bulan. Itulah kenapa, dalam Islam, kita wajib berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, karena puasa setiap hari (dan melakukan kegiatan positif selama puasa seperti membaca Al Qur’an, bangun tengah malam untuk Tahajud sebelum sahur, dll) dapat menciptakan kebiasaan positif yang-diharapkan-dapat menjadi permanen dan kontinyu di luar Ramadhan.

Namun, menjadi kreatif saja belumlah cukup. Kreatifitas kita juga harus bisa dijual. Karena jika kreatifitas kita tidak bisa dijual, percuma. Salah satu indikator kesuksesan sebuah karya adalah berhasil tidaknya karya itu kita jual kepada masyarakat. Menjual kreatifitas tidak harus selalu menghasilkan uang. Sebuah kreatifitas dikatakan ‘menjual’ apabila mendapat apresiasi dari pihak lain. Yoris mencontohkan, jika Anda mempunyai ide membuat sumber energi berbahan baku air, misalnya, maka Anda harus mempublikasikan ide tersebut agar diketahui orang lain. Bisa dengan mengikuti lomba, membuat proposal dan menawarkannya ke pihak yang membutuhkan (perusahaan/ pemerintah) atau memublikasikannya di internet.

Yoris mencontohkan seorang Justin Gignac yang menjual sampah kepada para turis yang datang ke New York.  Dengan brand NYC Garbage, Justin berhasil menjual sampah yang dipungutnya setiap malam di New York. Selling nothing for something. Kini, ia bahkan punya edisi spesial untuk NYC Garbage, misalnya sampah dari pembukaan Yankee Stadium yang baru, sampah malam tahun baru di Times Square, dan masih banyak lagi.

Di Pontianak, seorang mahasiswa semester akhir di Universitas Tanjungpura (Untan) juga melakukan hal kreatif dengan memadukan sampah dan teknologi digital. Hasil kolaborasi itu berupa sebuah start up digital bernama Angkuts. Kini, Hafiz dan Angkuts-nya sering mendapat penghargaan di ajang kompetisi nasional yang berkaitan dengan dunia start up digital. Keren, ya?

Chapter 2 Knowledge Makes You powerful. Pengetahuan (knowledge) adalah sumber utama yang wajib dimiliki jika ingin belajar menjadi orang kreatif. Ingat, kreatifitas dapat dipelajari semua orang. Ada banyak cara untuk menambah pengetahuan kita yang menunjang kreatifitas, seperti membaca buku, menonton film, mendengar musik, hingga bermain games seperti Metropolismania. Itu adalah permainan untuk membangun sebuah kota. Dengan bermain games itu, selain belajar strategi, kita juga berani mengambil resiko dan siap kalah.

Selain itu, selalu membawa buku catatan kecil/ notes juga membantu kita mencatat setiap ide yang terlintas.  Mendatangi seminar yang membahas kreatifitas seperti yang diadakan beberapa komunitas kreatif di kota SobatPreneur juga penting loh, apalagi kalau gratis.  Kalau di Jakarta, mungkin bisa pergi ke acara TED. Atau bisa unduh di website ted.com dan juga bisa buka website slideshare.com untuk mengunduh berbagai presentasi seminar yang oke punya.

Chapter 3 berjudul Avoid MeToolsm. Diambil dari kata me-too yang berarti ‘saya juga’ alias ikut-ikutan orang lain.  Dalam kadar ekstrem bisa menjurus menjadi plagiator alias tukang jiplak, serem, ya? Nah, untuk menghindari kebiasaan jelek itu, Yoris membagikan beberapa tips, di antaranya disebut Oxymoron. Oxymoron menurut kamus Oxford berarti paduan dua kata yang saling berlawanan yang membentuk satu pengertian baru. Dapat diartikan sebagai sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang dipercayai masyarakat saat ini. Sesuatu yang membuat orang yang mendengarnya akan melirik dua kali, sesuatu yang mengusik rasa penasaran konsumen dan membuat mereka tergoda untuk membeli produk atau ide kreatif yang Anda tawarkan.

Program musik I Like Monday yang dibesut Yoris setiap Senin malam sewaktu masih di Hard Rock Café merupakan sebuah oxymoron yang cerdas. Selama ini orang terbiasa dengan tagline ‘I Don’t Like Monday’ karena Senin diidentikkan sebagai hari pertama masuk kerja dan sangat membosankan. Namun, Yoris merubah imej tersebut menjadi hari Senin yang menyenangkan, karena setiap Senin malam orang dapat menonton konser musisi lokal dengan harga relatif murah dibanding hari lainnya.

Try Different Angle. Dengan mencoba menganalisis sesuatu dari sudut pandang berbeda, maka hasil yang kita dapat juga akan berbeda. Contohnya adalah sebuah perusahaan asuransi yang mengedukasi masyarakat bahwa asuransi tidak sekadar sebuah kebutuhan tapi sudah dipandang sebagai gaya hidup. Ada juga yang menggabungkan asuransi dengan layanan tabungan perbankan. Intinya, mereka menjual asuransi dengan cara pandang konsumen, bukan sebagai penjual.

Be inspired, don’t copy paste. FedEx merupakan perusahaan ekspedisi logistik terkenal di dunia yang menggunakan sistem pengiriman barang dengan memakai pusat penghubung untuk mengirim paket ke seluruh dunia. Misalnya, untuk mengirim barang dari Singapura ke Bandung, paket tersebut dibawa dulu ke Jakarta, baru dikirim ke Bandung. Sistem ini terbukti efektif dan efisien karena dilakukan secara jaringan. Ternyata, FedEx terinspirasi dari Delta Airlines yang menggunakan sistem yang sama untuk maskapai pesawat mereka.

Same Thing Different Strokes. Orang-orang kreatif tidak harus menjadi orang pertama yang menemukan sesuatu. Mereka dapat membuat hal-hal yang biasa dan sudah ada, dengan cara yang tidak biasa. Amazon.com bukanlah situs pertama di dunia yang menjual sesuatu secara online. namun, mereka hadir dengan berbagai fitur yang inovatif seperti review and recommendation feature yang memudahkan kita mendapat masukan dari pembaca buku yang benar-benar user. Pembaca juga dapat membuka dan melihat isi buku dengan fitur search inside the book. Ditambah sistem one click payment untuk para pelanggan yang sudah memasukkan data mereka. Sistem ini malah sudah Amazon patenkan.

Saya langsung loncat ke Part 3 karena part 2 banyak membahas hal yang terlalu teknis. Silahkan dibaca sendiri saja bukunya, ya? Part 3 dimulai dari Chapter 7 yang diberi judul Thinking Out of the Box, Execute Inside the Box. Menurut Yoris, kita boleh saja berpikir Out of the Box, tapi untuk ekseskusinya wajib ‘di dalam kotak’ dan sangat terukur. Kreatif tidak asal beda (out of the box) tapi harus disesuaikan dengan target dan tujuan yang ingin kita capai.  Bertindak inside the boxartinya bertindak sesuai keterbatasan yang ada di dalam box.  Box bisa diartikan dengan positioning kita, objective, atau keterbatasan dana yang kita miliki.

Ketika ide kreatif sudah siap untuk direalisasikan, kita harus membuat planning atas ide tersebut. Kita harus memulainya dengan menentukan terlebih dulu tujuan akhir yang ingin kita capai. Setelah itu putuskan bagaimana cara kita mencapai tujuan tersebut dengan mempertimbangkan sumber daya yang kita miliki saat ini. Lalu buatlah tahapan pelaksanaan secara realistis mulai dari persiapan sampai evaluasi dan pelaporan. Berikan tenggat waktu atas setiap tahapan pelaksanaan ide kita, buat sistem pelaporan atas setiap kemajuan yang kita buat, evaluasi kembali hasil kerja kita sebelum dibuatkan proposal dan diajukan ke sponsor.

Chapter 8 dengan judul Creativity as a Problem Solver menekankan bahwa kreatifitas yang kita hasilkan haruslah menjadi sebuah problem solverdari sebuah permasalahan. Seringkali kita melewatkan sebuah momen yang terlihat di depan mata. Ketika melihat seorang ibu yang sedang menyisir rambut, seorang entrepreneur kreatif akan terpikir ide untuk menciptakan sebuah produk baru sebagai pemecah masalah yang berkaitan dengan rambut. Mungkin ia tertarik menciptakan shampo, sisir, hair dryer, pewarna rambut dsb atau produk layanan baru untuk perawatan rambut seperti hair spa, hair rebonding, hair extension, dll.

Chapter 9 merupakan chapter terakhir dalam buku ini. Calculated Risk Culture adalah judul yang dipilih Yoris untuk menutup buku ini. Sebagai seorang entrepreneur kreatif, kita juga harus mempertimbangkan setiap risiko yang ada. Risiko terbagi 3 jenis yakni; risiko yang sudah diketahui; risiko yang dapat diramalkan; dan risiko yang di luar dugaan. Mari kita bedah satu per satu.

Risiko yang sudah diketahui adalah risiko yang kita identifikasi saat melakukan evaluasi terhadap rencana proyek. Risiko yang dapat diramalkan untuk mengetahuinya, Anda dapat mendatangi orang yang pernah melaksanakan proyek serupa dengan yang sedang Anda kerjakan saat ini. Risiko di luar dugaan. Jenis ini bisa terjadi tanpa kita prediksi sebelumnya seperti gangguan listrik, bencana alam, kerusuhan dll.

Risk Culture as a Habit
Yoris Sebastian menggunakan rumus 70:20:10 yang berarti 70% selalu ia gunakan secara aman, 20% untuk sesuatu yang inovatif namun risikonya kecil, dan 10% untuk hal kreatif berisiko besar.

Contoh yang ia lakukan adalah mengerjakan 70% untuk proyek aman yang dapat menghasilkan uang secara stabil agar dapur bisa tetap ngepul. 20% untuk hal inovatif yang membanggakan dan ada uangnya. Dan 10% bisa dipakai untuk mengerjakan proyek fenomenal berisiko besar yang-jika sukses-akan dikenang orang sepanjang masa dan jika proyek itu gagal, toh kerugiannya cuma 10%. Berani mencoba?



Belajar Membuat POV ala Ilana Tan

$
0
0
EntrepreneurKreatif.Com-Pernah baca novel karya Ilana Tan? Mungkin sebagian SobatPreneur sudah pernah baca novelnya. Ilana Tan sudah menulis 10 buah novel, 4 di anataranya best-seller. Konon kabarnya, Ilana Tan yang sangat identik dengan nama perempuan itu adalah nama pena (baca: samara) dari seorang penulis lelaki (Tere Liye?) Entahlah. Hanya si penulis, Tuhan, dan tentu saja tim penerbit yang tau. Oke, next.


Mungkin yang dimaksud dengan novel filmis itu, selain tentu saja penggambaran setting/ lokasi cerita yang sangat kuat dan dapat divisualisasikan, juga teknik penceritaan dan point of view (POV) alias sudut pandang antar tokoh yang berpindah dengan sangat cepat, persis seperti kita sedang menonton sebuah film atau sinetron. Karena itulah, salah satu kekurangan dari POV orang pertama tunggal atau ‘aku’ susah untuk berganti sudut pandang dengan cepat.

Saya membaca tetralogi best-seller Ilana Tan yang sangat terkenal itu (Winter in Tokyo, Autumn in Paris, Spring in London, Summer in Seoul) dan juga Sunshine Becomes You yang setting-nya di New York. Apa yang istimewa dari novelnya Ms. Tan ini? bisa dibilang tidak ada. Setting-nya tempelan semua. Silahkan baca tulisan saya tentang setting tempelan. Ceritanya datar, tokoh utamanya biasanya perempuan dan mempunyai darah campuran Indonesia dari ibu mereka. Ending mudah ditebak, konflik teralu umum. Tapi, ada satu ciri khas yang sangat menonjol dari semua novel karya Ilana yang sudah saya baca, yaitu pergantian POV nya yang sangat cepat, sehingga pembaca seolah sedang menonton sebuah film.  Dan Ilana tidak pernah membuat POV ‘aku’, selalu dengan POV ‘dia’ sehingga POV bisa berpindah dengan cepat.

Saya sering membaca cerita dengan POV orang ketiga atau ‘dia’, di mana keseluruhan isi cerita hanya berpusat dari sudut pandang satu orang saja (biasanya tokoh utama) yang menceritakan semua tokoh lain berdasarkan POV si tokoh utama. Contohnya begini:

Ratih tiba-tiba terkenang akan sosok Ibu. Baginya, Ibu adalah seorang wanita yang tegar, yang setelah berpisah dengan Ayah karena tidak tahan lagi dengan perlakuan Ayah selama ini kepada mereka, Ibu harus membesarkan Ratih dan kedua adiknya seorang diri. Setiap hari, jam 4 subuh Ibu sudah bangun dan memasak nasi kuning untuk berjualan. Kadang Ratih dan Dina, juga turut membantu Ibu. Adi, adik bungsunya, kerap membawa nasi kuning untuk dijual ke sekolah. Begitulah mereka menjalani hidup selama belasan tahun sejak orang tua mereka berpisah.

Cerita di atas memakai sudut pandang si tokoh utama hingga cerita berakhir. Pembaca hanya tau karakter lain dalam cerita hanya dari sudut pandang si tokoh utama saja yang menceritakan keseluruhan sifat tokoh lainnya. Tentu SobatPreneur tidak asing dengan cerita seperti itu, kan? Jika cerita tadi berupa cerita pendek (cerpen) yang hanya 6-8 halaman saja mungkin tidak masalah.
Tapi akan sangat membosankan jika kita membaca sebuah novel 100 halaman dengan teknik penceritaan seperti itu. Kelebihan Ilana, ia mampu membuat cerita dari POV semua tokoh yang terlibat. Masing-masing tokoh menceritakan hal yang sama, dari sudut pandang berbeda. Contoh:

Keiko berlari ke dalam lift. Ia tak sabar untuk menuju lantai 5. Di lift sudah ada delapan orang yang juga sama sibuknya dan tak sabar untuk segera tiba di kantor mereka masing-masing. Saat pintu lift hendak ditutup, tiba-tiba seorang pria menerobos masuk ke dalam lift. Pintu lift tertutup. Pria itu menekan tombol 8. Keiko mencium aroma parfum yang lembut dari tubuh sosok jangkung di hadapannya. Ketika tiba di kantornya yang berada di lantai 5, Keiko sempat menoleh ke pria itu. Hidung mancung, rambut lebat, dan mata sipit si pria balas menatapnya. Bibirnya tersenyum menatap Keiko. Sayang Keiko tidak sempat menanyakan namanya. Dan pintu lift pun tertutup.

Setelah itu, cerita langsung pindah dari POV si pria. Misalnya seperti ini:

Haruko terlambat bangun. Ia diserang mimpi buruk lagi malam ini. sudah seminggu terakhir Haruko mengalami mimpi yang sama. Bergegas Haruko ke kamar mandi. Hampir saja pintu lift tertutup, namun Haruko berhasil menahannya dan bergegas masuk. Matanya sempat melihat sosok wanita cantik di sudut lift, yang berhimpitan dengan orang-orang yang berdesakan di dalam lift. Wanita itu berambut panjang dan hitam, berwajah Asia, dengan mata hitam dan bulat.

Namun sayang, belum sempat Haruko berkenalan dengannya, wanita itu turun lebih dulu. Rupanya kantornya berada di lantai 5 gedung itu. Sebelum pintu lift tertutup, mereka sempat berpandangan. Haruko tersenyum padanya. Haruko sangat berharap, ia dapat bertemu lagi dengan wanita itu di lain waktu.

Di situ terlihat, cerita yang sama, dikisahkan dari dua sudut pandang berbeda. Memang, kita harus sering mengulang cerita yang sama sampai dua kali untuk mendapat dua POV itu, tapi justru di situlah serunya. Cerita menjadi ‘hidup’ dan tidak monoton. Pembaca seperti tengah menonton adegan sebuah film karena perpindahan POV dari satu tokoh ke tokoh lainnya berlangsung sangat cepat.

Saya pernah mencoba teknik serupa sewaktu menulis cerber (cerita bersambung) yang saya ikutkan kompetisi menulis cerber di sebuah majalah wanita nasional. Pengumuman pemenangnya April 2017. Memang syaratnya selain POV harus ‘dia’ bukan ‘aku’, tokoh yang kita hadirkan juga lebih dari 2 orang. Dalam cerber itu, saya membuat tokoh utama dua orang wanita kakak beradik, ditambah tokoh pembantu sebanyak 4 orang; suami si kakak, suami si adik, ibu mereka, dan ayah mereka. Ditambah beberapa tokoh selingan untuk dialog. Banyak, ya?

Ketika si tokoh A bercerita tentang ibu mereka, sebelum berganti POV, di paragraf terakhir, harus kita jelaskan secara singkat tentang sosok si ibu agar pembaca tidak bingung ketika tiba-tiba berganti POV. Kita ambil contoh cerita tentang Ratih di atas.

Ratih tiba-tiba terkenang akan sosok Ibu. Baginya, Ibu adalah seorang wanita yang tegar, yang setelah berpisah dengan Ayah karena tidak tahan lagi dengan perlakuan Ayah selama ini kepada mereka, Ibu harus membesarkan Ratih dan kedua adiknya seorang diri (…..)

Telepon dari Rian, adiknya, yang mengabarkan bahwa Ibu sakit, membuat Ratih cemas. Rian mengatakan, sebelum dilarikan ke rumah sakit tadi pagi, Ibu mengalami demam sejak dua hari belakangan. Ibu sering mengigau dan menyebut nama Ratih. Sejak tinggal di Jakarta setahun terakhir, Ratih belum pernah pulang kampung. Ia segera mengemas pakaian dan bergegas menuju stasiun kereta api untuk pulang ke Bandung, menjenguk Ibu. Sepanjang perjalanan, wajah Ariana Suharja, ibunya, selalu terbayang.
***
Ariana Suharja terbaring lemah di ranjang RS. Hasan Sadikin, Bandung. Rian dan Dina berada di samping Ariana. Mereka tak sabar menanti kedatangan Ratih dari Jakarta. Ariana sangat rindu dengan putri sulungnya itu. Selama ini, Ratih ikut membantu sekolah kedua adiknya dengan rutin mengirim uang setiap bulan. Ariana menatap Dina, anaknya yang nomor dua. Akhir-akhir ini, perilaku Dina seperti orang yang sedang bingung. Entah apa yang tengah dipikirkan oleh Dina, Ariana tak bisa menerka. Dina memang anak yang sangat tertutup, beda dengan kedua saudaranya.

Jika cerita dilanjutkan, kita dapat mengganti dengan cepat POV dari sudut pandang Dina, dan seterusnya. Jika mencontoh cerber yang saya buat, bagian ending-nya saya biarkan menggantung. Si tokoh A bertemu dengan ayah mereka yang pernah melakukan kesalahan besar padanya di masa lalu hingga menyebabkan tokoh A trauma dan membenci ayahnya seumur hidup. Ketika si ayah meminta maaf, awalnya ending yang ingin saya buat adalah si tokoh A memaafkan ayah mereka. Tapi, apakah dalam kehidupan nyata bisa segampang itu memaafkan seseorang yang pernah menggoreskan luka teramat dalam kepada kita? Karena kesannya terlalu ‘sinetron-minded’, akhirnya setelah adegan si ayah meminta maaf, POV langsung saya ganti ke tokoh B yang merupakan adik kandung tokoh A. Si B ini melihat adegan itu dari jauh. Ia hanya melihat mulut si kakak seperti mengucapkan sesuatu kepada ayah mereka, tapi ia tidak dapat menerka apakah si kakak memaafkan ayahnya atau tidak. Penasaran, kan?



Skenario Tiba Babak

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com-Skenario tiga babak adalah jenis skenario yang paling banyak digunakan dalam konstruksi cerita film modern, termasuk film-film Hollywood juga mengadopsi  struktur drama tiga babak yang dicetus oleh filusuf Aristoteles ini.

Drama  yang baik adalah seperti kehidupan kita; yaitu anak-dewasa-tua dan seperti kehidupaan alam ada pagi-siang-sore/ malam. (Aristoles)


Konstruksi Film Menggunakan Skenario Tiga Babak

Struktur skenario tiga babak merupakan satu jenis pola bercerita, yang dipakai  untuk menyusun kontruksi dramatik dalam tiga bagian cerita. Menurut Wells Root dalam Writing the script cerita yang baik ibarat sebuah sungai yang menyeret perahu sang protagonist ke arah air terjun. Proses sampainya tokoh utama ke air terjun atau puncak konflik ini terbagi dalam tiga babak, yaitu babak pertama yang berisi opening/introducing, babak kedua yang berisi inti cerita (puncak konflik), dan babak ke tiga yang berisi penyelesaian masalah yang dihadapi oleh tokoh utama/ending.

Aplikasi Teori Skenario Tiga Babak

Secara teori teknik menulis skenario tiga babak tersebut bisa dibagi dengan jumlah scene dan perkiraan durasi perbabaknya, ini akan lebih memudahkan bagi penulis pemula dalam membuat skenario . Namun bagi penulis professional mereka tidak terlalu memikirkan hal ini, kecakapan dan jam terbang dalam menulis membuat hal ini secara otomatis dilakukan. Secara rinci pembagian cerita dalam tiga babak ini sebagai berikut:

BABAK I/ opening/ Introducing
Babak pertama ini kira-kira berdurasi sekitar 10-20 menit pertama. Fungsi dari babak pertama ini diantaranya:
  • Memperkenalkan tokoh utama, sehingga penonton mengetahui siapa tokoh protagonist dan antagonis dalam cerita tersebut.
  • Memperlihatkan masalah utama yang dihadapi protagonist dan risikonya jika sang protagonis tidak mampu menghadapi problem tersebut.
  • Elemen terpenting dalam babak pertama ini adanya POIN OF ATTACK yang digagas oleh William Miller dalam bukunya “Screenwriting for Narrative Film and Television.” Secara singkat dapat dijelaskan bahwa POA adalah titik dimana cerita itu bergulir, dari sinilah penonton akan terseret mengikuti alur cerita tanpa bisa melepaskan diri lagi.
BABAK II atau Tengah
Babak kedua merupakan babak dimana cerita berkembang, problem-problem yang dihadapi tokoh utama (protagonis) terus ditingkatkan tensinya, yang membuat tangga dramatik terus menanjak. Hal inilah inti dari film yang dinikmati penonton. Untuk membuat cerita menjadi lebih menarik setidaknya ada tiga hal yang perlu dimasukan dalam babak ini:
  • Curiosity: rasa penasaran (seperti apakah endingnya nanti?)
  • Suspense: ketegangan, ketegangan ini dapat dibangun dengan memasukan unsur-unsur dramatik.
  • Surprise: kejutan, sesuatu yang tidak duga oleh penonton.
BABAK III/akhir/ending/
Babak ketiga merupakan bakbak terakhir dari sebuah cerita. Di sinilah akan diketahui hasil dari perjuangan tokoh dalam menyelesaikan problem yang dihadapi. Ada beberapa pilihan ending yang bisa digunakan penulis skenario untuk mengakhiri ceritanya. Happy Ending, Sad Ending/Unhappy Ending, atau Open Ended Ending. Dari ketiga jenis ending ini happy ending  menjadi pilihan yang paling sering digunakan dalam film. Happy ending juga merupakan jenis ending yang disukai oleh penonton.


Sumber: skenario.net

Berapa Honor Penulis Skenario?

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com-Berapa honor penulis skenario? Pertanyaan ini mungkin terlintas bagi siapa saja yang ingin menggeluti atau ingin berkarir menjadi penulis skenario. Tidak bisa dipungkiri bahwa honor merupakan salah satu motivasi bagi seseorang yang ingin menggeluti bidang tertentu, termasuk karir di bidang penulisan skenario.  Terlebih film adalah produk industri kreatif yang di dalamnya melibatkan tenaga professional handal dan kapital atau modal yang besar. Bidang perfilman identik dengan industri padat modal dalam industri kreatif.
                                    

Tingkatan Honor Penulis Skenario

Berbicara honor atau gaji untuk penulis skenario, memang bemacam-macam tergantung dari jam terbang dan proyek skenario yang ditangani penulis. Pada tahun 2010 an menurut Jujur Prananto bahwa honor penulis skenario antara 10-100 juta untuk proyek film layar lebar. Besaran honor yang diterima penulis ini sangat fleksibel, tidak ada standart baku yang mengaturnya.
Penulisan skenario film layar lebar memakan waktu lebih lama dibanding dengan penulisan skenario untuk tayangan televisi. Rata-rata untuk naskah film layar lebar dengan durasi 90 menit hingga 2 jam dikerjakan dalam waktu tiga bulan hingga 1 tahun tergantung tingkat kesulitan naskah yang digarap, dan mengalami beberapa kali revisi, bahkan ada film terterntu yang revisi naskahnya hingga puluhan kali.
Untuk film televisi besarnya honor penulis skenario berkisar antara 2 hingga 6 juta, tergantung dimana naskah skenario itu tayang. Namun hal itu tidaklah mutlak, yang jelas gaji penulis skenario itu tergolong tinggi jika dibanding dengan profesi menulis lainnya. Untuk naskah seharga 3 hingga 6 juta tersebut biasanya bekisar 70 hingga 90 halaman dan dapat diselesaikan oleh penulis skenario dalam waktu 3 hari hingga satu minggu. Jika rata-rata penulis skenario bisa menyelesaiakan 5 judul naskah FTV dalam sebulannya maka bisa dihitung berapa penghasilan penulis skenario itu setiap bulannya. Belum lagi jika seorang penulis skenario mendapatkan proyek untuk sinetron striping pastinya penghasilannya akan jauh lebih besar.

Permintaan Naskah Skenario dan Honor Penulis

Bahkan trend dunia hiburan yang berkembang jauh lebih pesat, hingga meningkatnya kebutuhan naskah skenario, belakangan beberapa proyek sinetron maupun FTV memiliki manajemen penulis tersendiri diluar dari manajemen produksi inti.
Biasanya manajemen penulis skenario ini terdiri dari seorang head writer dan beberapa co writer. Dengan sistem ini produser tidak perlu repot-repot bekerjasama dengan beberapa penulis skenario sekaligus. Produser cukup memberikan mandat kepada satu orang yang dipercaya untuk mengurus naskahnya dengan nilai kontrak tertentu, kemudian orang tersebut membentuk tim penulis skenario untuk memproduksi naskah yang sudah dipesan oleh sutradara.
Honor penulis skenario yang tergabung dalam tim penulis ini juga bermacam-macam, tergantung kesepakatan dengan head writer dan kemampuannya dalam menghasilkan naskah skenario. Pastinya honor atau gaji penulis skenario jauh lebih tinggi dibanding dengan UMR.  Anda tertarik untuk berkarir menjadi penulis skenario

sumber: skenario.net

Format Penulisan Skenario Film

$
0
0
EntrepreneurKreatif.com-Bagi SobatPreneur yang baru mulai belajar menulis skenario, contoh format penulisan skenario film ini mungkin dapat memberikan wawasan yang baru anda. Berikut ini adalah cara menulis  skenario jika anda menggunakan program Microsoft office Word yang ada pada komputer windows atau pada program Open Office yang lazim digunakan pada OS linux dan Mac. Namun penulisan dengan menggunakan software pengolah dokumen yang biasa digunakan oleh siapa saja saat membuat dokumen, seperti surat, makalah, ini sudah hampir ditinggalkan. Umumnya penulis skenario sekarang menggunakan program khusus untuk menulis skenario yaitu Final Draft. Dengan menggunakan Final Draft penulis skenario tidak perlu repot mengatur ukuran font, jenis font, capital atau yang lainnya karena dengan software tersebut semua sudah bisa dilakukan secara otomatis. Tetapi prinsip penulisannya tetap sama dengan yang akan kita pelajari kali ini.

1.   JUDUL SCENE
Keterangan tempat yang menandakan di mana adegan itu berlangsung apakah di dalam atau di luar ruangan. Ditulis dengan istilah EXT (eksterior) untuk keterangan adegan di dalam ruangan. INT (interior) untuk keterangan adegan di dalam ruangan.  Keterangan tempat adegan itu berlangsung: RUMAH MADRIM  Keterangan waktu: PAGI/SIANG/MALAM, dalam format internasional keterangan waktu hanya DAY/NIGHT.
Umumnya format tulisan menggunakan font Times New Roman, 12 pt, Capital, Bold, Underline.
Contoh :
1. INT.  RUMAH MADRIM (DI PEMUKIMAN KUMUH)  -  SIANG.

2. EXT.  PASAR INDUK / WARUNG NASI  -  SIANG.
2.  NAMA PEMERAN
Dalam Format skenario internasional nama pemeran tidak umum dituliskan. Namun di Indonesia, beberapa penulis menganggap hal itu penting, sehingga nama pemeran dicantumkan, tepat di bawah judul  scene.  Huruf yang digunakan Times New Roman, 10 pt, capital.
Contoh :
Ext.  Rumah Madrim  -  malam.
MADRIM, PEMILIK RUMAH

 3. DESKRIPSI VISUAL 
Deskripsi mengenai keterangan suasana, tempat kejadian, dan peristiwa yang ada dalam scene tersebut, deskripsi ini yang akan diterjemahkan sutradara dalam menghasilkan visualnya.

Contoh Deskripsi Visual
Madrim memanggul sebuah karung, berjalan melintas depan warung nasi. Langkahnya cenderung cepat khas kuli yang sedang memanggul barang. Si Pemilik Warung (merangkap rentenir), pria bertampang okem, menegurnya. Sementara pelayan perempuan berkulit gelap dan bertampang sangat dusun (padahal sebetulnya manis), ialah keponakan si Pemilik Warung bernama naryati, melayani para tamu warung sambil sesekali memandang iba pada Madrim.
4. TOKOH DIALOG
Pada bagian ini hanya menerangkan NAMA dari tokoh (karakter) yang sedang mengeluarkan vocal, baik dialog maupun monolog. Umumnya dituliskan ditengah. Times New Roman, 12 pt, Capital, Bold.

5. BEAT
Dalam music beat dimaksud dengan tempo atau irama. Namun dalam skenario  istilah ini digunakan untuk menitik beratkan emosi tokoh yang akan terlihat dalam bentuk ekspresi. beat inilah yang menjadikan dialog yang diucapkan dan laku menjadi sinkron hingga memiliki arti dan motivasi.
Contoh: sedih karena istrinya minggat, marah.
Beat ditulis di dalam tanda kurung (…), huruf kecil, letaknya dibawah posisi tokoh dialog, dan bisa juga diselipkan diantara kalimat dialog. Font Times New Roman, 12 pt.

6. DIALOG
Berisi kata-kata yang nanti akan diucapkan oleh pemain. Dialog ini harus sinkron atau mendukung karakter dan cerita dalam skenario. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun dialog dengan format skenario yang benar.

  • Siapa yang berdialog
  • Dengan siapa dia berdialog.
  • Apa latar belakang tokoh tersebut. Misalnya  ia lulusan apa, berasal dari budaya mana, usianya berapa, dan lainnya.
  • Di mana terjadinya dialog tersebut.
  • Bagaimana suasana hati tokoh yang berdialog.
  • Apa tujuan dialog tersebut . permohonan, ancaman dll
Font : Times New Roman, 12 pt, huruf kecil. Posisi agak ke tengah dibawah nama Tokoh.
7. TRANSISI
Transisi dalam format skenario adalah peralihan dari scene yang satu ke scene berikutnya. Biasanya dipakai istilah CUT TO, FADE OUT- FADE IN, DISSOLVE TO.

Tujuan transisi selain sebagai pengait antar scene, dari ending scene menuju scene berikutnya, transisi bisa juga untuk memaknai adegan tertentu, misalnya mimpi dengan menggunakan DISSOLVE TO, atau melamun/membayangkan sesuatu dengan menggunakan transisi lainnya yang sesuai.
Berikut ini contoh skenario Film DOA YANG MENGANCAM”
skenario image
sumber: skenario.net

Cara Membuat Sinopsis Film Cerita

$
0
0
EntrepreneurKreatif.Com-Pengertian sinopsis secara umum dapat disebut sebagai rangkuman cerita yang akan di filmkan. Namun dalam praktiknya sinopsis ini juga merupakan rangkuman cerita yang diambil dari novel, cerpen, atau karya sastra lainnya dalam proses pembuatan skenario film adaptasi. Menurut Misbach Yusa Biran dalam bukunya “Teknik Menulis Skenario Film Cerita”, sinopsis merupakan ide dasar cerita dari skenario yang merupakan hasil proses kreatif penulis dan merupakan rangkuman cerita yang untuk skenario adaptasi novel, cerpen, atau karya lainnya. Penting juga untuk kita ketahui, sinopsis yang dimaksud dalam pembahasan ini bukan ringkasan cerita yang ada di poster atau pamflet film, tapi merupakan bentuk ringkasan cerita yang digunakan oleh script writer untuk mengajukan karyanya kepada produser.

Bagaimana cara membuat sinopsis film cerita? Untuk penulisan film cerita−film panjang, film pendek,  sebenarnya tidak berbeda jauh dengan penulisan skenario film dokumenter. Bedanya dalam penulisan film cerita dalam hal ini film  layar lebar, FTV, sinetron, atau film drama dan sejenisnya membutuhkan penulisan sinopsis dengan format standar seperti contoh sinopsis yang bisa anda download dalam website ini. Seadangkan untuk penulisan sinopsis dalam penulisan film dokumenter, biasanya sinopsis ini tersusun dalam bentuk propsal film dokumenter yang di dalamnya menyangkut; ringkasan cerita, key informan (narasumber utama), maksud dan tujuan pembuatan film dokumenter, target pemirsa, rencana pengambilan shot dan lainnya.

Elemen Penting Dalam Menulis Sinopsis Film Cerita

Untuk lebih mudahnya anda belajar menulis sinopsis poin-poin yang menjadi acuan dalam penulisan sinopsis skenario setidaknya mengandung poin-poin berikut ini:
  • Garis besar jalan cerita
  • Tokoh protagonis
  • Tokoh antagonis
  • Tokoh-tokoh pembatu yang langsung menunjang plot utama maupun subplot yang penting.
  • Problema utama, dan  beberapa problema penting yang mempengaruhi jalan cerita
  • Motif utama, dan motif-motif pembantu action yang penting.
  • Klimak dan penyelesaian.
  • Kesimpulan.
Untuk contoh sinopsis ada bisa klik link ini anda bisa men-download-nya; tersedia contoh sinopsis film dokumenter, sinopsis film pendek dan berbagai sinopsis film terbaru yang bisa anda jadikan referensi atau bahan skenario pembelajaran anda dalam meningkatkan skill menulis. Silahkan klik link contoh sinopsis film Gie untuk referensi pembelajaran SobatPreneur sekalian.

Menulis Sinopsis, langkah Awal Menembus Meja Produser

Sinopsis bisa dibilang cikal bakal sebuah skenario, atau modal utama yang penulis gunakan untuk mengajukan karya kepada produser yang anda di PH (Production House) maupun stasiun televisi. Produser tidak meminta skenario lengkap, namun hanya sinopsis cerita anda, dan jika produser sudah tertarik dengan ide anda maka ia akan menugaskan anda  atau penulis lain untuk menggarap skenarionya.
Untuk projek penulisan skenario sinetron biasanya seorang penulis membuat sinopsis global terlebih dahulu. Sinopsis global ini adalah sinopsis yang memuat inti cerita dan rencana cerita secara keseluruhan dari episode pertama hingga akhir episode akhir sebuah sinetron, walaupun faktanya jika sinetron tersebut memiliki rating  yang cukup bagus, cerita akan dikembangkan terus bahkan melebar kemana-mana. Panjang sinopsis global ini umumnya terdiri dari 3 sampai 5 halaman. Setelah sinopsis global disetujui oleh produser, baru kemudian penulis membuat sinopsis pendek atau sinopsis per episode sebagai dasar penulisan naskah film untuk setiap episodenya.
Membuat sinopsis menjadi bagian penting dalam proses penulisan skenario, walaupun pada kenyataanya ada penulis yang membuat skenario tanpa menulis sinopsis terlebih dahulu, namun hal tersebut jangan ditiru, terlebih untuk pemula yang sedang belajar menulis skenario. Saran Master penulis skenario Misbach Yusa Biran, untuk menjadi menjadi penulis skenario profesional, anda harus disiplin mengkitu proses penulisan skenario langkah demi langkah, jangan melewatinya, buatlah skenario dari proses penulisan sinopsinya, membuat treatment yang kemudian dikembangkan menjadi bentuk skenario yang utuh.
sumber: skenario.net

Membaca untuk Menulis

$
0
0
EntrepreneurKreatif.Com-Membaca untuk menulis (kembali) tidak sama dengan sekadar membaca  untuk kesenangan belaka saja. Ketika kita ingin menghasilkan sebuah tulisan, baik berupa opini/ artikel maupun tulisan fiksi seperti cerpen atau  puisi misalnya, maka kita wajib membaca tulisan/ buku terkait di bidang itu. Contoh, jika ingin menghasilkan sebuah puisi yang bagus, bacalah puisi-puisi yang dimuat di majalah Horison atau buku antologi (kumpulan) puisi karya penyair kawakan, mulai dari Taufik Ismail hingga Aan Mansyur. Pelajari diksi (pilihan kata) yang mereka gunakan dan mulailah menulis. Lama-kelamaan, kita akan mempunyai gaya khas sendiri.



Saya sangat tidak setuju dengan sebagian teman-teman penulis yang memfilter bacaan mereka. Misalnya, ada sebagian teman-teman penulis  cerita ‘islami’ yang  hanya mau membaca novel atau cerpen karya Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Habiburahman El Shirazy dan penulis islami lainnya. Paling ‘parah’ novel karya Tere Liye. Bagi pembaca awam, tentu sah-sah saja memfilter bacaan seperti itu. Tapi menurut saya, bagi seorang penulis, hal itu tentu sangat merugikan. Kenapa? Pertama, wawasan kita menjadi sempit. Kita tidak mengenal penulis lain di luar genre islami. Saran saya, bacalah kumpulan cerpen, puisi, atau novel karya penulis di luar genre itu, agar SobatPreneur mendapatkan yang kedua, yaitu diksi yang sangat ‘kaya’.

Memperkaya diksi bisa didapat dari banyak membaca buku fiksi. Maka, jangan batasi diri dengan hanya mau membaca novel/ cerpen/ puisi karya penulis tertentu saja. Kalau saya memfilter diri dengan hanya mau membaca karya penulis tertentu saja yang isi ceritanya ‘sopan’ dan tidak ‘mengumbar aurat’, saya tidak akan tahu ada novel terbaru Eka Kurniawan berjudul O. Ya benar, cuma satu huruf: O.  O ceritanya sangat unik dan berbeda dari novel-novel Eka sebelumnya. Tokoh utamanya seekor monyet. Baca deh. Di perpustakaan daerah tempat SobatPreneur pasti ada dan bisa dibawa gratis.

Membaca untuk menulis juga bisa kita lakukan untuk tujuan tertentu, misalnya mengikuti lomba cerpen/ novel. Jika ingin mengikuti lomba penulisan novel teenlit, misalnya, singkirkan dulu novel-novel karya Pramoedya Ananta Toer yang ‘berat’ dan membuat otak pengin meleleh itu. Bacalah novel-novel teenlit best-seller atau pemenang lomba serupa. Sekarang ini, banyak penerbit teenlit yang berpatokan pada wattpad. Mereka berlomba menerbitkan novel-umumnya teenlit dengan melihat banyak-tidaknya jumlah viewer yang membaca novel itu di wattpad. Jangan heran kalau toko buku sekarang dijejali dengan novel-novel teenlit dengan tulisan mencolok di sampulnya: telah dibaca 10 juta orang/ viewer di wattpad.

Mengenai masalah ini, sebagian penulis dan pembaca mempertanyakan kualitas novel-novel wattpad itu. Ada banyak sekali penulis tak kenal wattpad yang karyanya sangat berkualitas dan laris manis di pasaran, termasuk penulis novel teenlit. Beberapa novel karya Tere Liye juga bisa dikategorikan sebagai teenlit. Tentu saja teenlit super keren yang sering saya baca jaman SMP dulu adalah Lupus. Mungkin SobatPreneur juga pernah membaca Lupus jaman sekolah dulu. Saya membaca hampir semua judul Lupus. Saat ini saya memang sangat jarang membaca teenlit dan memang tidak bisa menulis cerita remaja yang baik.  Saya lebih senang menulis cerpen dewasa. Mungkin karena faktor U ya. Hahahahanjir!


Menurut saya, teknologi hanyalah alat untuk mempermudah kita. Tapi, kita harus tetap menghasilkan bacaan yang berkualitas hingga tidak sekadar mengejar jumlah viewer semata tapi juga benar-benar mampu menghasilkan karya yang memang layak baca. Syukur-syukur sarat dengan pesan moral, karena remaja kita saat ini butuh bacaan yang sarat dengan pesan moral yang menarik, keren, dan tidak menggurui. Setuju? Mending setuju aja deh.
Viewing all 390 articles
Browse latest View live